Signifikansi Strategis dan Risiko Ketahanan Pasokan Etilena pada Industri Kimia Global
Oleh Yazid Bindar, Guru Besar Institute Teknologi Bandung
Etilena (C₂H₄) merupakan senyawa hidrokarbon tak jenuh paling sederhana namun paling krusial dalam industri petrokimia. Dengan struktur molekul yang reaktif, etilena berfungsi sebagai bahan dasar (building block) bagi berbagai senyawa kimia dan produk turunan yang digunakan secara luas dalam kehidupan modern.
Diproduksi melalui proses steam cracking naphtha atau etana dari gas alam, dan adanya dari batubara ke singas lanjut ke metanol dan terus me etilena. Etilena menjadi indikator vital bagi kesehatan industri kimia global. Pada tahun 2023, produksi etilena global diperkirakan mencapai sekitar 196 juta ton, dengan konsumsi terbesar berasal dari industri plastik, serat sintetis, dan bahan kimia antara (Chemanalyst, 2023).
Etilena adalah bahan kimia strategis yang menopang berbagai industri penting dalam ekonomi global. Ketergantungan terhadap pasokan etilena yang sebagian besar masih bergantung pada energi fosil menjadikan ketahanan pasokannya sebagai isu geopolitik dan ekonomi yang penting.
Gangguan pada rantai pasok etilena dapat berdampak sistemik terhadap inflasi industri, kelangkaan produk konsumen, dan tekanan terhadap sektor manufaktur. Oleh karena itu, pengembangan sumber produksi alternatif dan sistem daur ulang menjadi krusial dalam menjaga kesinambungan industri kimia global.
Peran Strategis Etilena dalam Industri Kimia
Signifikansi etilena dalam industri kimia ditentukan oleh banyaknya produk turunan yang dihasilkan dari senyawa ini. Produk turunan paling utama adalah polietilena (PE), yang terdiri dari high-density polyethylene (HDPE), low-density polyethylene (LDPE), dan linear low-density polyethylene (LLDPE).
Polietilena digunakan secara luas dalam industri pengemasan, botol plastik, film, dan barang konsumsi harian. Sekitar 60% dari etilena global digunakan untuk memproduksi polietilena (Grand View Research, 2023).
Selain itu, etilena juga menjadi bahan dasar untuk produksi etilena oksida (untuk membuat etilen glikol dan poliester), etilena diklorida (untuk PVC), dan etilbenzena (untuk stirena dan polistirena), yang kesemuanya berperan penting dalam industri tekstil, otomotif, konstruksi, dan elektronik.
Data Produksi dan Konsumsi Global
Menurut laporan Chemanalyst (2023), kapasitas produksi global etilena diperkirakan tumbuh dari 196 juta ton pada tahun 2023 menjadi lebih dari 310 juta ton pada 2035, dengan tingkat pertumbuhan tahunan (CAGR) sekitar 4,25%.
Asia Pasifik merupakan wilayah dengan konsumsi terbesar, menyerap lebih dari 40% produksi global, terutama karena pesatnya industrialisasi di Tiongkok dan India.
Di sisi lain, Amerika Serikat tetap menjadi pemain utama dalam hal teknologi produksi berbasis gas alam dan shale gas, sementara Timur Tengah, khususnya Arab Saudi dan Qatar, mengandalkan keunggulan energi murah untuk mempertahankan daya saing ekspornya.
Harga Etilena Global 2019-2024
Dalam lima tahun terakhir (2019–2024), harga etilena global mengalami fluktuasi yang signifikan akibat dinamika pasokan, permintaan, dan kondisi geopolitik.
Pada 2019, harga relatif stabil di kisaran $800–$1.000 per metrik ton, namun turun tajam pada 2020 akibat pandemi COVID-19 yang melemahkan permintaan industri, dengan harga sempat jatuh ke sekitar $364/MT di AS.
Tahun 2021 menyaksikan pemulihan ekonomi global dan peningkatan permintaan, menyebabkan harga etilena melonjak kembali ke atas $1.000/MT, khususnya di pasar Eropa dan Asia.
Pada 2022, volatilitas berlanjut akibat fluktuasi harga minyak mentah dan krisis energi global, termasuk akibat perang Rusia-Ukraina, yang turut memicu ketidakstabilan pasokan bahan baku. Tahun 2023 mencatat tren penurunan harga global akibat kelebihan pasokan di tengah pertumbuhan industri yang moderat, dengan harga turun hingga $830/MT di Asia.
Memasuki 2024, harga kembali naik di wilayah seperti Eropa dan AS karena gangguan pasokan dan permintaan sektor hilir yang meningkat, sedangkan Asia mengalami tren melemah. Rata-rata harga global saat ini berada di kisaran $735–$1.000/MT, mencerminkan pentingnya faktor regional dan pasokan energi terhadap dinamika pasar etilena.
Risiko dan Dampak Gangguan Pasokan
Ketergantungan global terhadap pasokan etilena menimbulkan risiko strategis apabila terjadi gangguan produksi, baik karena fluktuasi harga energi, geopolitik, maupun bencana industri. Krisis pasokan etilena dapat memicu kenaikan harga produk turunan secara global, yang berdampak langsung pada industri pengguna akhir seperti pengemasan makanan, otomotif, hingga sektor konstruksi.
Misalnya, gangguan pasokan pada fasilitas petrokimia utama di Texas akibat badai salju 2021 menyebabkan lonjakan harga polietilena hingga lebih dari 30% secara global dalam beberapa bulan (ICIS, 2021).
Selain itu, karena sebagian besar etilena diproduksi dari sumber fosil (naphtha atau etana), ketergantungan ini menjadikan etilena sebagai bagian dari perdebatan transisi energi.
Saat dunia mulai bergerak menuju ekonomi rendah karbon, industri kimia ditantang untuk mengembangkan sumber etilena yang lebih berkelanjutan. Saat ini, bio-ethylene yang diproduksi dari bioetanol mulai dikembangkan di negara seperti Brasil, namun produksinya masih terbatas dan harganya belum kompetitif (IEA, 2022).
Upaya Diversifikasi dan Strategi Keberlanjutan
Untuk menjawab tantangan pasokan dan keberlanjutan, berbagai strategi mulai diterapkan. Pertama, pengembangan bio-ethylene sebagai alternatif berbasis biomassa merupakan langkah menuju dekarbonisasi produksi bahan kimia.
Kedua, diversifikasi bahan baku produksi—dari naphtha berbasis minyak bumi ke etana dari shale gas—telah dilakukan oleh Amerika Serikat untuk meningkatkan efisiensi biaya dan mengurangi ketergantungan impor.
Ketiga, inovasi teknologi daur ulang kimia (chemical recycling) membuka peluang untuk mengurangi kebutuhan produksi primer etilena dengan cara mendaur ulang kembali produk plastik ke bahan baku awalnya.
Yazid Bindar
9 Mei 2025