PT SMI Pacu Transisi Energi dan Pembiayaan Hijau, Hentikan Proyek Fosil Sejak 2018
Highlight:
- PT SMI perkuat komitmen pembiayaan hijau dan transisi energi melalui penghentian pendanaan proyek fosil sejak 2018.
- Melalui platform SDG Indonesia One, PT SMI sukses menarik investasi global untuk proyek energi bersih dan infrastruktur berkelanjutan.
- PT SMI kembali meraih predikat “Sangat Bagus” dalam Rating BUMN 2025 versi Infobank yang mencerminkan kekuatan fundamental, tata kelola, risk appetite perusahaan saling besinergi.
Jakarta – Komitmen PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) atau PT SMI terhadap pembiayaan berkelanjutan semakin kuat, salah satunya dengan mendorong percepatan pensiun dini pembangkit berbasis fosil.
Perseroan menjadi pionir dalam mendukung transisi energi dan pembiayaan hijau di Indonesia, termasuk melalui skema Energy Transition Mechanism (ETM).
Sejak 2018, PT SMI secara resmi menghentikan pembiayaan proyek energi fosil, dan fokus memperkuat instrumen hijau seperti green bonds dan sustainable funding framework.
Melalui platform SDG Indonesia One (SIO), PT SMI juga berhasil menarik partisipasi lembaga keuangan global dalam pendanaan transisi energi dan infrastruktur hijau.
Direktur Utama PT SMI Reynaldi Hermansjah menegaskan, pihaknya berkomitmen membiayai proyek dengan dampak sosial tinggi seperti kesehatan masyarakat, inklusi perempuan, dan perlindungan ekosistem maritim.
PT SMI juga menerapkan standar pelaporan Taskforce on Nature-related Financial Disclosure (TNFD) untuk memperkuat kredibilitas globalnya.
Selain itu, perseroan membentuk SMI Institute untuk memperkuat kapasitas sumber daya manusia dan membantu Pemda dalam perencanaan pembangunan berbasis data.
Tahun depan, PT SMI memproyeksikan peningkatan outstanding pembiayaan tumbuh di atas 10%, seiring meningkatnya kebutuhan proyek infrastruktur.
Dengan komitmen dan kinerja keuangan yang solid, PT SMI kembali meraih predikat “Sangat Bagus” dalam Rating BUMN 2025 versi Infobank.
Pengakuan ini tidak hanya mencerminkan kekuatan fundamental perusahaan, tetapi juga menunjukkan bagaimana tata kelola, risk appetite, dan proyeksi bisnis dijalankan secara seimbang, yang pada akhirnya berdampak positif bagi kinerja keuangan perseroan. (*)
Editor: Ranu Arasyki Lubis


