Innalillahi! Penyanyi Legendaris Titiek Puspa Meninggal Dunia, Ini Penyebabnya
Jakarta— Hari ini dunia hiburan Tanah Air kehilangan salah satu talent terbaiknya: Titiek Puspa Purnamasari.
Penyanyi legendaris berusia 88 tahun itu meninggal dunia pada Kamis sore, 10 April 2025.
Titiek Puspa meninggal dunia setelah dirawat di RS Medistra Jakarta karena mengalami pecah pembuluh darah saat syuting di TransTV pada Rabu, 26 Maret 2025 lalu.
Setelah menjalani operasi dan perawatan, Titiek mengalami koma, hingga menghembuskan nafas terakhirnya sore ini.
Manajer Titiek Puspa, Mia, mengkonfirmasi meninggalnya penyanyi senior itu.
“Baru saja meninggal. Pukul 16.25 WIB,” ungkap Mia.
Titiek adalah salah satu bintang seni peran dan musik yang paling berpengaruh di Indonesia. Lahir pada 1 November 1937 di Tanjung, Tabalong, Kalimantan Selatan, Titiek yang terlahir dengan nama Sudarwati adalah putri pasangan Tugeno Puspowidjojo dan Siti Mariam.
Meski lahir di Kalsel, Titek memiliki darah Jawa. Keluarganya sempat mengganti namanya menjadi Kadarwati, lalu Sumarti. Dia bercita-cita menjadi guru taman kanak-kanak.
Namun, setelah berhasil memenangkan beberapa lomba menyanyi anak-anak, ia memutuskan untuk menekuni dunia tarik suara meski orang tuanya tidak setuju.
Ketidaksetujuan orangtuanya inilah yang membuat dia menggunakan nama samaran saat mengikuti lomba menyanyi secara diam-diam tanpa sepengetahuan orang tuanya.
Seorang teman menyarankan dia memakai nama samaran “Titiek Puspo”. Nama itu diambil dari panggilan akrabnya “Titiek” dan nama ayahnya “Puspowidjojo,” yang disingkat menjadi “Puspa”.
Nama Titiek Puspa inilah yang selanjutnya dipakai sebagai nama panggungnya hingga kini.
Nama ini juga dipakai untuk orkes pengiringnya, “Puspa Sari,” yang dipimpinnya sendiri di awal karir bernyanyinya.
Perjalanan Karir
Karir Titiek Puspa dimulai di Semarang saat dia mengikuti kontes Bintang Radio. Selain menyanyi, Titiek juga menggarap beberapa operet yang populer di TVRI, seperti Bawang Merah Bawang Putih, Ketupat Lebaran, Kartini Manusiawi, dan Ronce-ronce.
Rekaman piringan hitam pertamanya dirilis oleh label Gembira, menampilkan lagu Di Sudut Bibirmu, Esok Malam Kau Kujelang, serta duetnya bersama Tuty Daulay dalam lagu Indada Siririton dengan iringan musik Empat Sekawan Sariman.
Pada pertengahan 1960-an, Titiek menjadi penyanyi tetap Orkes Studio Jakarta. Dia banyak dibimbing oleh Iskandar (pencipta lagu dan pemimpin orkes) serta suaminya, Zainal Ardi, seorang penyiar RRI Jakarta.
Titiek saat itu belum banyak menciptakan lagu sendiri. Dia lebih sering membawakan lagu-lagu karya Iskandar, Mus Mualim, dan Wedasmara.
Baru pada album Si Hitam dan Pita (1963) yang berisi 12 lagu tiap albumnya, ia mulai menulis seluruh lagu sendiri dan meraih popularitas.
Album Doa Ibu, dengan 12 lagu (11 di antaranya ciptaannya sendiri dan 1 lagu ciptaan Mus Mualim), juga menjadi salah satu album legendaris.
Lagu-lagu populer dari album Si Hitam, seperti Si Hitam, Tinggalkan, Aku, dan Asmara, memperkuat popularitasnya. Titiek menikah dengan Zainal Ardi pada tahun 1957, yang saat itu bekerja di RRI Jakarta.
Pada 2009, Titiek didiagnosis menderita kanker serviks. Setelah menjalani pengobatan intensif, termasuk dua bulan kemoterapi di Rumah Sakit Mount Elizabeth di Singapura (di mana ia menulis 61 lagu), ia dinyatakan bebas dari kanker. Selamat jalan, Tante Titiek Puspa. (DW)