Eksekutif Keuangan Gelar Ketoprak Financial “Pangeran Samber Nyowo”
Jakarta – Komunitas masyarakat keuangan, perbankan, BUMN, akademisi, korporasi swasta, hingga anggota DPR dan jurnalis senior menyajikan Pagelaran Ketoprak Financial di Gedung Kesenian Jakarta (GKJ), Jakarta, Rabu, 30 Juli 2025, pukul 19.00 – 21.00 WIB. Pagelaran Ketoprak Financial yang disutradari oleh Aries Mukadi ini membawakan lakon “Pangeran Samber Nyowo”.
Lakon “Pangeran Samber Nyowo” ini mengandung pesan moral pentingnya menjaga semangat juang yang tinggi dalam menghadapi musuh bangsa dan negara, serta melawan ketidakadilan yang terjadi di Tanah Air.
Pesan moral ini disampaikan melalui perjuangan Raden Mas Said atau Mangkunegara I yang dikenal dengan julukan “Pangeran Samber Nyowo” karena kegarangannya di medan perang saat menghadapi musuh-musuhnya.
Atas jasa-jasanya kepada negara, pada tahun 1983 pemerintah Indonesia memberikan gelar Pahlawan Nasional kepada Pangeran Samber Nyowo yang di kemudian hari bergelar Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara I.
“Kita mengangkat lakon ini untuk mengenang dan meneladani perjuangan Pangeran Samber Nyowo saat melawan penjajah Belanda yang memecah-belah Mataram,” ujar Eko B. Supriyanto, Produser Eksekutif Pagelaran Ketoprak Financial “Pangeran Samber Nyowo”, kepada wartawan, di GKJ Pasar Baru, Jakarta, Rabu (30/7).
“Semangat juang melawan pemecah-belah bangsa dan melawan ketidakadilan saat ini terasa aktual dengan masih banyaknya ketidakadilan yang terjadi di negeri ini, seperti masih tingginya ketimpangan ekonomi antara yang kaya dan yang miskin,” papar Eko.
Selain untuk meneladani perjuangan Mangkunegara I, kata Eko, Pagelaran Ketoprak Financial ini juga menjadi ajang networking dan silaturahmi sesama pelaku jasa keuangan, direksi BUMN, asosiasi, akademisi, dan jurnalis senior, serta pemain seni tradisional.
Seperti pagelaran-pagelaran sebelumnya, pagelaran kali ini pun diramaikan dengan keterlibatan para eksekutif di berbagai industri. Mereka antusias untuk ikut terlibat mulai dari perencanaan, latihan, hingga pementasan.
Beberapa eksekutif yang ikut naik panggung di lakon “Pangeran Samber Nyowo” antara lain Suwandi Wiratno (Ketua Umum APPI), Budi Herawan (Ketua Umum AAUI), Fathan Subchi (Anggota BPK RI), Aviliani (Komut Allo Bank), Alexandra Askandar (Wadirut BNI), Achmad K. Permana (Dirut Bank Muamalat), Rita Mirasari (Direktur Bank Danamon), Yuanita Rohali (President CFO Club Indonesia), Vera Eve Lim (Direktur BCA), dan Fransisca Nelwan Mok (Direktur Bank ICBC Indonesia).
Turut juga bermain, Juanita Luthan (Direktur NobuBank), Lisawati (Komisaris Bank Ganesha), Rudiantara (Komut DANA), Evi Afiatin (Direktur Sucofinfo), Dumasi MM Samosir (Direktur Asuransi Sinar Mas), Anggar B Nuraini (Deputi Komisioner OJK), Rokidi (Dirut Bank Kalbar), M Edhie Purnawan (UGM), Susy Meilina (Dirut MNC Sekuritas), Kusumaningtuti (Komisaris SMBC Indonesia), Nicolaus Prawiro (Wadirut Asuransi Cakrawala Proteksi), Jemmy Atmadja (Presdir Asuransi Maximus), Tribuana Tunggadewi (Direktur BSI), Daniel Hartono (Direktur FIF Group), Maria Y. Benyamin (Pempred Bisnis Indonesia), dan Karnoto Mohamad (Infobank).
Pagelaran Ketoprak Financial ini, lanjut Eko, turut menjadi sarana sosial untuk melestarikan kebudayaan tradisional ketoprak, mendukung para praktisi kesenian tradisional, serta untuk menggalang dana pendidikan tinggi bagi anak kurang mampu. “Seluruh hasil penjualan tiket akan disumbangkan ke Yayasan Anak Asuh Kita,” ungkap Eko.
Untuk itu, Eko memberikan apresiasi setinggi-tingginya kepada para eksekutif industri keuangan, perbankan, BUMN, DPR, asosiasi, akademisi, dan para jurnalis senior yang turut mendukung pagelaran Ketoprak Financial ini. Di tengah kesibukan sebagai profesional, mereka masih memiliki kepedulian yang tinggi terhadap kelestarian kesenian tradisional Indonesia.
“Semoga pagelaran ini dapat menjadi lilin penerang bagi kesenian tradisional yang sudah lama redup,” harap Eko.
Pagelaran Ketoprak Financial yang diproduksi oleh Indonesia Media Network ini selain menghadirkan bintang tamu pelawak Srimulat seperti Kadir, Tessy, dan Yani Lemu, juga dimainkan oleh para profesional keuangan nasional, baik dari regulator, praktisi industri perbankan, asuransi, multifinance, BUMN, akademisi, swasta, dan dari kalangan DPR.
Sinopsis:
Pangeran Samber Nyowo
Lakon “Pangeran Samber Nyowo” diangkat dari sejarah kisah perjuangan Raden Mas Said, cucu Amangkurat IV, karena hak warisnya atas tahta Mataram diabaikan. Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755 yang membagi Mataram menjadi Kasunanan Surakarta (Pakubuwono III) dan Kasultanan Yogyakarta (Hamengkubuwono I) semakin mengukuhkan pengucilannya.
Didorong rasa keadilan yang terusik dan dukungan rakyat yang tertindas oleh Belanda (VOC) dan kerajaan, Raden Mas Said melakukan perlawanan. Dia mengumpulkan pengikut setianya dan melakukan serangan awal terhadap pos-pos VOC dan wilayah kerajaan yang dianggapnya bobrok.
Raden Mas Said menggunakan taktik perang gerilya dalam melakukan perlawanan, sehingga sulit dilacak keberadaannya. Serangan pasukannya juga dikenal cepat dan mematikan, sehingga dia dijuluki “Samber Nyowo” atau Penjaring/Pemungut Nyawa.
Karisma Pangeran Samber Nyowo membuat pengikutnya semakin banyak, militan, dan loyal. Wilayah serangannya juga semakin meluas. Bahkan, pasukannya sempat berhasil mengepung Surakarta. Ini membuat Belanda dan kerajaan kewalahan.
Namun, muncul kesadaran akan kehancuran Jawa, dan kemungkinan meraih legitimasi melalui jalan damai, Raden Mas Said sepakat untuk berunding. Melalui Perjanjian Salatiga (1757), Raden Mas Said akhirnya diakui dan diberi gelar Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara I serta diserahi wilayah otonom Kadipaten Mangkunegaran di Surakarta.
Di sinilah transformasi kepemimpinan Raden Mas Said menunjukkan kualifikasi tinggi: dari seorang pemberontak bertransformasi menjadi penguasa yang membangun negerinya, tanpa menghilangkan semangat anti-kolonialisme hingga akhir hayatnya (1795).
Dia meninggalkan legacy yang akan selalu dikenang bangsa ini: spirit keteladanan panglima gerilya yang jenius, negarawanan pragmatis yang berhasil membangun negeri dengan diplomasi, dan pendiri dinasti Mangkunegaran yang berjaya hingga akhir usia. (*)