KEIN Ingatkan Bahaya Penurunan Neraca Pembayaran

Dalam rilis terbarunya, Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan, nilai neraca perdagangan Indonesia pada April 2019 mengalami defisit sebesar USD2,5 miliar, yang disebabkan oleh defisit sektor migas dan nonmigas masing-masing sebesar USD1,49 miliar dolar AS dan USD1,01 miliar.

Arif melanjutkan, salah satu yang menjadi fokus defisit neraca jasa yang disebabkan oleh jasa telekomunikasi, komputer, dan informasi. Mengacu pada data Bank Indonesia, pada kuartal I/2019 sektor tersebut menyumbang defisit sebesar USD338,84 juta.

Sebenarnya, menurut dia, kondisi itu bisa dicegah bila penggunaan aplikasi anak bangsa terus didorong, sehingga tidak perlu lagi bergantung terhadap aplikasi-aplikasi luar negeri seperti WhatsApp, Line, dan sebagainya.

Berdasarkan penelusuran KEIN, tercatat banyak start-up buatan anak bangsa yang juga memiliki fungsi yang sama dengan aplikasi-aplikasi luar negeri tersebut. Sebut saja Call Indonesia atau callind, yang merupakan aplikasi messenger buatan wanita muda asal Jawa Tengah.

Kemudian, Indonesia pernah diwarnai oleh Koprol, aplikasi sejenis yahoo messenger yang kemudian diakusisi oleh Yahoo.

“Kalau pun memang harus mengimpor telekomunikasi, komputer, dan informasi, jangan untuk kegiatan yang tidak produktif, akan tetapi pemanfaataan teknologi tersebut harus dapat diarahkan untuk mendukung perusahaan berbasis teknologi karya anak bangsa,” ujar Arif.

Oleh karena itu, mengacu pada permasalahan di atas, sambungnya, pemerintah harus memperkuat NPI dan CAD secara struktural.

Pasalnya arus modal asing bersifat volatile dan berimplikasi pada peningkatan liabilitas dalam jangka panjang. Instrumen utang dan ekuitas memiliki konsekuensi pada membengkaknya pendapatan primer.

“Dengan demikian, pemerintah harus fokus ke perbaikan struktural yang fundamental melalui investasi yang produktif sehingga berimplikasi pada ekspor barang dan jasa dan pada akhirnya memperbaiki neraca dagang dan jasa,” tutup Arif. []

Comments (0)
Add Comment