Apalagi sector pertanian semakin kurang diminati oleh kaum muda yang banyak berimigrasi ke kota merebut kue kepariwisataan.
Di Bali sangat beruntung mempunyai lembaga subak yang jumlahnya mencapai 1.500 subak sawah dan 1.118 subak abian lahan kering.
Sektor pertani an sangat ketergantungan dengan keberadaan subak sebagai pengatur irigasi pengairan yang merupakan lembaga ditingkat desa.
Pengairan juga sangat ketergantungan kepada pelestarian hutan yang saat ini banyak hutan yang semakin menipis dan gundul. Bila tidak segera ditanggulangi akan menuai bencana bagi Bali hendaknya segera dilakukan penghutanan kembali.
Kemudian di Bali agar di bangun waduk dalam jumlah yang memadai, untuk menampung air sungai dan air hujan ditampung dulu di waduk kemudian baru dialirkan dengan harapan semua sungai di Bali bisa dijadikan sumber pengairan disamping untuk pariwisata olah raga rafting misalnya.
Dengan demikian penggunaan secara boros air dapat dihindari dengan mengelolanya secara tepat guna yang selama ini nampaknya banyak air yang terbuang percuma dan sia sia.
Hendaknya dibuatkan perda atau pergub agar tidak seenaknya orang bisa mematikan saluran air (telabah/parit) dan menjaga sungai dengan baik sehingga terjaga dan terapresiasi yang kita yakini sebagai pemargin dan stana Ida Betara Wisnu.
Demikian juga peran subak perlu diapresiasi dan direvitalisasi keberadaannya tidak saja menjadi pengatur pengairan semata juga harus bisa menjadi produsen/distributor pupuk maupun pengolahan padi jadi beras yang selama ini padi lari ke Banyuwangi dan kita beli lagi kembali setelah menjadi beras ironis memang.
Mengingat kepemilikan lahan pertanian di Bali yang cenderung terbatas maka bagi petani yang mau menyewakan lahannya bisa kepada subak dan bila masih ingin jadi petani bisa menjadi pekerja di lembaga subak dengan mendapat gaji.
Kemudian subak sebagai lembaga tradisional dengan adanya kemajuan teknologi dan kemajuan zaman kiranya perlu dimodernisir dan dikelola secara professional dengan melakukan transformasi dengan tetap mempertahankan identitas ke tradisionalannya sebagai lembaga pengatur pengairan.
Dengan meningkatkan dan merevitalisasi peranannya sebagai lembaga bisnis dengan menerapkan pola bisnis Supply Chain Management (SCM). Sehingga Bali kembali bisa menekan ketergantungan pasokan pangan dari luar Bali.
Dengan demikian diyakini pertanian Bali akan bangkit dengan lembaga subaknya sebagai bagian penting dari Budaya Hindu Bali. Maka Bali diyakini taksunya akan semakin menguat dengan visi Gubernur Wayan Koster Nangun Sat Kerthi Loka Bali dan sejalan dengan Tri Saktinya Bung Karno.