Wejangan Ignasius Jonan untuk Pemimpin Masa Depan, Tiga Modal Utama Menjadi Pemimpin Sukses
Highlight:
- Ignasius Jonan menguraikan tiga modal utama untuk menjadi pemimpin sukses dalam peluncuran bukunya di Jakarta.
- Penegasan Jonan mengenai kombinasi talenta, pendidikan, dan pengalaman hidup menjadi perhatian publik dan pencarian Google.
- Pandangan Jonan tentang ESG dan green finance diproyeksikan menjadi kewajiban mutlak bagi industri keuangan.
Jakarta- Ignasius Jonan kembali mencuri perhatian publik ketika memaparkan pandangannya tentang kepemimpinan dalam peluncuran buku terbarunya di Jakarta.
Mantan Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia (PT KAI) Persero periode 2009–2014 itu menegaskan bahwa kepemimpinan yang efektif selalu bertumpu pada tiga modal utama: talenta bawaan, pendidikan yang baik, dan pengalaman hidup yang kuat.
Tiga hal ini, menurutnya, menjadi kombinasi yang menentukan kualitas seorang leader.
“Saya selalu percaya tidak banyak orang yang memiliki ketiganya. Tapi, saya percaya, kalau kita memiliki dua dari tiga kombinasi tersebut maka seseorang bisa memiliki kesempatan untuk menjadi pemimpin yang berguna,” ujar Jonan dalam acara launching buku Leadership, Thinking & Practice, yang digelar Infobank, pada Senin, 8 Desember 2025.
Jonan, yang juga pernah menjabat sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral serta Menteri Perhubungan, mencontohkan sosok Susi Pudjiastuti sebagai figur yang menggambarkan perpaduan talenta dan pengalaman hidup yang kuat.
Ia menilai keefektifan Susi dalam memberantas illegal fishing melalui kebijakan “tenggelamkan kapal” bukan muncul dari pendidikan formal yang tinggi, melainkan dari rekam hidup yang penuh pengalaman.
“Bu Susi itu waktu ditugaskan di kabinet pendidikannya SLTP. Syarat jadi menteri kan minimal SLTP. Jadi menurut saya, Bu Susi pada waktu itu kan pendidikannya tidak hebat tapi pengalaman hidupnya luar biasa,” tegasnya.
Ia kembali mengingatkan bahwa seseorang paling tidak harus memiliki dua dari tiga modal tersebut agar mampu memimpin dengan baik. “You choose two out of the three. Kalau nggak punya sama sekali nggak bisa. Kalau punya satu, ya struggling,” ujarnya.
Dalam kesempatan yang sama, Jonan juga menyampaikan pemikirannya tentang masa depan kepemimpinan di sektor keuangan. Ia menilai bahwa perhatian terhadap lingkungan hidup bukan lagi pilihan, melainkan akan menjadi bagian dari kewajiban operasional.
“Memang kalau terus dikatakan ini ESG, green finance, atau lembaga keuangan yang hijau, dan sebagainya, di kemudian hari menurut saya bukan hanya menjadi satu cita-cita atau utopia. Tapi menurut saya, ini akan menjadi suatu kewajiban,” kata Jonan.
Ia menekankan bahwa konsep ESG dan green finance akan menjadi standar baru yang tidak bisa dihindari lembaga keuangan.
“Kalau saran saya ke depan, sebaiknya para pemimpin di lembaga keuangan juga memiliki konsideran terhadap lingkungan hidup. Jadi, mengenai climate change, mengenai ekosistem, mengenai environment, ini sekarang menjadi amat sangat mandatory,” pungkas Dewan Pakar Infobank tersebut. (*) MI
Editor: RAL


