Ide Brilian Ketua RT di Jakarta Timur Ubah Selokan Jadi Kolam Lele, Raup Rp80 Juta Setahun
Jakarta— Di tengah keterbatasan lahan di DKI Jakarta, seorang Ketua RT Duren Sawit, Jakarta Timur bernama Taufiq Supriadi berhasil menciptakan inovasi unik: menyulap selokan menjadi kolam lele produktif.
Kolam budidaya ikan lele produktif ini membuktikan bahwa kreativitas bisa menjadi sumber rezeki yang kini mampu menghasilkan hingga puluhan juta rupiah setiap tahun.
Gagasan kreatif itu muncul bukan tanpa sebab. Awalnya, Taufiq terinspirasi saat berkunjung ke Tokyo, Jepang, di mana ia melihat saluran air yang dibuat bertingkat sehingga tetap bersih meski di atasnya hidup ikan.
“Waktu ke Tokyo, saya lihat ada ikan di saluran air. Itu dua lantai, di bagian bawah untuk air kotor, atasnya buat ikan,” ujar Taufiq dikutip dari Kompas, Rabu (5/11).
Ide serupa juga diterapkan di Institut Pertanian Bogor (IPB), yang memanfaatkan sistem air bertingkat untuk budidaya ikan tanpa mengganggu aliran air.
Taufiq pun mencoba memodifikasi saluran air di lingkungannya menggunakan beton U-Ditch setinggi 60 sentimeter. Pembagiannya, 35 sentimeter untuk saluran air di bawah dan 25 sentimeter untuk kolam ikan di atasnya.
“Kami tidak punya tanah kosong, semua sudah beton. Jadi saya pikir kenapa tidak manfaatkan selokan untuk kolam ikan? Selain jadi sumber ekonomi, juga bisa bantu ketahanan pangan warga,” katanya.
Hasilnya tak main-main. satu kolam lele saja kini mampu menghasilkan sekitar 800 kilogram ikan dalam sekali panen.
Dengan harga jual Rp25.000 per kilogram, satu kolam bisa menghasilkan sekitar Rp20 juta sekali panen. Maka, dalam setahun ia bisa meraup Rp80 juta selama empat kali panen.
Program yang baru berjalan dua bulan ini mendapat sambutan positif. Bahkan Taufiq tengah menyiapkan dua kolam tambahan dari dana CSR perusahaan untuk memperluas manfaatnya bagi masyarakat sekitar.
Yang lebih menarik, keuntungan dari penjualan ikan tidak hanya dinikmati pribadi, tetapi dibagi rata untuk kepentingan warga.
“Kelompok tani dapat Rp2 juta, pemilik rumah Rp400 ribu, kas RT dan RW juga Rp400 ribu, koordinator kolam Rp720 ribu, dan dua penjaga kolam totalnya Rp6,4 juta,” ungkap Taufiq.
Para penjaga kolam berasal dari warga sekitar, terutama pensiunan dan pengangguran yang telah dilatih oleh Suku Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Pertanian (KPKP) agar kualitas ikan tetap terjaga.
Meski dibangun di atas selokan, Taufiq memastikan proyek ini tidak menyebabkan banjir. Ia berujar, selama 22 tahun tinggal di lingkungan itu, saluran air belum pernah meluap.
“Alhamdulillah, belum pernah banjir. Paling cuma naik tiga sampai empat sentimeter waktu hujan besar,” ujarnya.
Kolam Gizi Warga
Tak berhenti di sana, Taufiq juga memperluas manfaat kolamnya menjadi “kolam gizi warga”. Di dalamnya, berisi ikan nila dan bawal yang bisa diambil warga secara gratis. Hasil budidaya ini diberikan khusus untuk balita dan lansia untuk memenuhi kebutuhan gizi dan mencegah stunting.
“Kolam gizi ini untuk lansia dan balita, boleh ambil ikan langsung pas panen. Gratis, asalkan ukurannya layak konsumsi,” jelasnya.
Kini, inovasi sederhana dari seorang Ketua RT di Duren Sawit ini bukan hanya mengubah wajah lingkungan, tetapi juga membuktikan bahwa ide kreatif dan kepedulian sosial bisa jadi solusi nyata untuk ekonomi dan ketahanan pangan perkotaan. (*)
Editor: RAL


