Indonesia 20 Negara Pertama Nego Tarif Impor AS, Ngarep Dapat Diskon Pembeli Pertama Ya?
Jakarta — Untuk urusan kecepatan merapat ke AS guna melakukan negosiasi tarif impor, Indonesia boleh dibilang lumayan: masuk 20 negara yang pertama dari total 185 negara yang kena tarif impor.
“Sayangnya, ini bukan seperti beli donat brand baru, 20 pembeli pertama diskon 50 persen,” sindir Akhmad Yos Yuslizar, Koordinator Nusantara Government Watch (NUGOW), kepada The Asian Post, Jumat (25/4).
Menurut Yos, nego tarif impor dan resiprokal bukan soal kecepatan melakukan negosiasi, tapi soal keberanian menolak jika merugikan Indonesia.
“Trump itu pedagang, bukan negarawan, harus kita hadapi dengan cara dagang juga, saling menguntungkan antara penjual dan pembeli, jangan mau didikte,” tegas aktivis mahasiswa 98 itu.
Jangan sampai terjadi, lanjut Yos, usai negosiasi justru tarifnya dinaikkan, dari 32 persen menjadi 47 persen, seperti negosiasi awal.
“Jangan juga menggadaikan martabat Indonesia hanya untuk cari muka ke Trump, sementara Trump saja menilai negara lain yang mau nego dibilang nyebokin pantatnya,” ujarnya.
Seperti diketahui, Menteri Menko Ekuin Airlangga Hartarto menyampaikan hasil terbaru dari rangkaian negosiasi tarif respirokal antara Indonesia dan AS pada Jumat (25/4).
Bersama Menkeu Sri Mulyani Indrawati, Airlangga mengatakan Indonesia telah bertemu dengan United States Trade Representative (USTR), Mendag AS Howard Lutnick, Menkeu AS Scott Bessent, serta berbagai perusahaan AS yang tergabung di US Chamber of Commerce, a.l. Freeport, Amazon dan Cargill.
Menurut Airlangga, Indonesia sudah masuk ke negosiasi tahap awal dengan ditandatanganinya nondisclosure agreement dengan USTR.
Dengan demikian, RI masuk ke jajaran negara yang melakukan negosiasi tarif di tahap awal.
“Indonesia sudah tanda tangan non-disclosure agreement dengan USTR artinya kita sudah masuk fase negosiasi dan Indonesia adalah salah satu dari 20 negara yang sudah mulai proses negosiasi awal,” ujar Airlangga.
CUMA INI HASIL NEGONYA?
Airlangga menuturkan secara keseluruhan baik itu pemerintah AS, asosiasi, maupun dunia usaha mengapresiasi langkah-langkah yang dilakukan oleh Indonesia.
“Kendati demikian, dalam proses negosiasi, Indonesia tetap berupaya mengedepankan kepentingan nasional seraya mendorong penguatan hubungan bilateral dengan AS,” paparnya.
Indonesia, kata dia, juga diberikan kesempatan melakukan pembahasan teknis secara detail dalam dua minggu ke depan.
“Tawaran Indonesia ke AS untuk mewujudkan kerja sama perdagangan yang adil, fair, dan square sehingga mengacu ke kepentingan nasional dan berimbang,” ujarnya.
Kata Airlangga, penawaran Indonesia antara lain; perjuangan akses pasar ke AS khususnya tarif yang kompetitif bagi produk impor Indonesia, kebijakan deregulasi, perizinan impor, kuota impor, dan Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN). DW