Waduh! Ekonomi RI Bisa Kolaps, Jika Industri Kelapa Sawit Tidak Tumbuh

Jakarta — Kementerian Perdagangan (Kemendag) menegaskan, industri kelapa sawit (crude palm oil/CPO) menjadi motor penggerak perekonomian Indonesia. Jika industri ini tidak tumbuh, ekonomi Indonesia bisa kolaps.

“Crude palm oil adalah komoditas terbesar kedua setelah batubara dalam menyumbang pertumbuhan ekonomi. Menurut saya pribadi, CPO ini engine-nya pertumbuhan ekonomi Indonesia. Sangat penting,” ujar Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (Dirjen PEN) Kemendag Fajarini Puntodewi dalam UOB Media Editors Circle di Jakarta, Selasa (22/4).

Indonesia, kata Punto, adalah produsen kelapa sawit terbesar di dunia. Jumlah produksinya mencapai 47 juta metrik ton. Lebih besar jika dibandingkan negara tetangga, seperti Malaysia yang sebesar 19 juta ton dan Thailand yang 3,45 juta ton.

“Kalau perekonomian kita nggak tumbuh, tentu kolaps kita. Nah, yang men-drive ekonomi supaya tumbuh kan aktivitas, kegiatan investasi dan juga ekspor. Ini semuanya ada di crude palm oil,” ujarnya.

Berdasarkan data Kemendag, rata-rata kontribusi nilai ekspor komoditas minyak kelapa sawit terhadap total nilai ekspor kelompok komoditas industri makanan mencapai 61,87% pada 2019–2023. Adapun, devisa yang dihasilkan dari sawit dalam lima tahun terakhir berada di kisaran US$22 miliar–US$39 miliar.

Kontribusi sawit terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia, kata Punto, diestimasikan berkisar antara 2,5%—4,5%. Dari sisi tenaga kerja, industri kelapa sawit juga telah menyerap 16,2 juta tenaga kerja yang terbagi dalam banyak lini pada 2022.

“Industri kelapa sawit ini benar-benar mutiara hitam kita. Makanya, industri kelapa sawit ini harus dijaga agar tetap berkelanjutan untuk mendukung perekonomian di masa mendatang,” paparnya. DW

Ekonomi RIKelapa Sawit
Comments (0)
Add Comment