Utang Luar Negeri Indonesia Naik USD4,8 Miliar

THE ASIAN POST, JAKARTA ― Bank Indonesia (BI) menyebutkan, utang luar negeri Indonesia pada posisi akhir Februari 2019 sebesar USD388,7 miliar.

Jumlah itu berarti naik USD4,8 miliar dibandingkan dengan posisi pada akhir periode sebelumnya, karena neto transaksi penarikan utang luar negeri.

Dalam rilisnya, Senin (15/4), BI menyebutkan, bila dilihat secara tahunan utang luar negeri Indonesia tumbuh 8,8 persen pada Februari 2019, meningkat dibandingkan dengan 7,2% (yoy) pada bulan sebelumnya.

“Peningkatan pertumbuhan utang luar negeri tersebut terutama bersumber dari pertumbuhan utang luar negeri pemerintah,” demikian BI menyebutkan.

Dari total utang luar negeri Indonesia sebesar USD388,7 miliar itu,  utang pemerintah dan bank sentral sebesar 193,8 miliar dolar AS. Sedangkan, utang swasta termasuk BUMN sebesar USD194,9 miliar dolar AS.

Menurut BI, posisi utang luar negeri pemerintah pada Februari 2019 sebesar USD190,8 miliar dolar AS atau tumbuh 7,3 persen (year on year/yoy), meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan pada bulan sebelumnya sebesar 3,9 persen (yoy).

Pertumbuhan utang luar negeri pemerintah tersebut terutama dipengaruhi oleh arus masuk dana investor asing di pasar SBN domestik selama Februari 2019.

“Ini menunjukkan peningkatan kepercayaan investor asing terhadap perekonomian Indonesia,” tegas BI.

Selain itu, pada Februari 2019, pemerintah juga menerbitkan Global Sukuk, untuk mendukung pembiayaan fiskal dalam kerangka Green Bond dan Green Sukuk.

Masuknya aliran dana utang luar negeri kepada pemerintah memberikan kesempatan lebih besar bagi pembiayaan belanja negara dan investasi pemerintah. Sektor-sektor prioritas yang dibiayai melalui utang luar negeri pemerintah merupakan sektor-sektor produktif yang mendukung pertumbuhan ekonomi serta peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Sektor-sektor itu  antara lain sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial, sektor konstruksi, sektor jasa pendidikan, sektor administrasi pemerintah, pertahanan, dan jaminan sosial wajib, serta sektor jasa keuangan dan asuransi.

Sementara itu, utang luar negeri swasta tumbuh stabil pada Februari 2019. Posisi utang luar negeri swasta pada Februari 2019 sebesar USD1,3 miliar atau tumbuh sebesar 10,8% (yoy), relatif stabil dibandingkan dengan pertumbuhan pada bulan sebelumnya.

Utang luar negeri swasta sebagian besar dimiliki oleh sektor jasa keuangan dan asuransi, sektor industri pengolahan, sektor pengadaan listrik, gas, uap/air panas (LGA), serta sektor pertambangan dan penggalian.

“Pangsa utang luar negeri di keempat sektor tersebut terhadap total ULN swasta mencapai 74,2 persen,” bunyi keterangan pers tersebut.

Meski begitu, BI menegaskan, struktur utang luar negeri Indonesia tetap sehat. Kondisi tersebut tercermin antara lain dari rasio utang luar negeri Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) tercatat 36,9% pada akhir Februari 2019.

Jumlah itu, menurut BI, relatif tidak banyak berubah dari bulan sebelumnya dan masih berada di kisaran rata-rata negara peers.

Selain itu berdasarkan jangka waktunya, kata BI, struktur utang luar negeri  Indonesia pada akhir Februari 2019 tetap didominasi oleh utang luar negeri berjangka panjang yang memiliki pangsa 86,3 persen dari total ULN.

engan perkembangan tersebut, meskipun utang luar negeri  Indonesia mengalami peningkatan, BI memastikan struktur utang luar negeri  Indonesia tetap sehat. []

headline
Comments (0)
Add Comment