Probolinggo— Pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) berbondong-bondong ikut ambil bagian memeriahkan gelaran Jazz Gunung Bromo yang diadakan di Bromo, Probolinggo, Jawa Timur.
Founder Jazz Gunung Bromo Sigit Pramono mengatakan, di tahun ini pihaknya meghadirkan Pasar Batik yang diisi oleh pembatik dari berbagai daerah, salah satunya Batik Rifaiyah dari Kabupaten Batang, Jawa Tengah.
Batik Rifaiyah merupakan salah satu yang paling dicari. Dinamakan Batik Rifaiyah karena para pembatik merupakan santri dari Syekh Ahmad Rifai yang merupakan ulama dan pahlawan nasional Indonesia yang berasal dari Jawa Tengah.
Bukan hanya sekadar jualan, Pasar Batik juga mengedepankan edukasi tentang tata cara pembuatan batik sebagai khazanah nusantara yang harus dipertahankan.
“Kami mengundang pelaku batik dari Probolinggo, Banyuwangi, Batang, dan beberapa daerah lain. Karena ini baru pertama kali memang belum banyak, tapi tahun depan bisa lebih besar lagi. Bisa jadi ke depannya acara terpisah Pasar Batik Bromo,” ujar Sigit saat mengunjungi Pasar Batik, Sabtu (22/7/2023).
Mela Dewanti owner Mysoenbatik, salah satu produsen batik asal Banyuwangi merasa beruntung bisa tampil di Pasar Batik Bromo.
“Di sini ada Pasar Batik dan kita di-support banget dalam acara ini. Saya berharap bisa hadir di acara-acara berikutnya, agar masyarakat tahu bahwa Banyuwangi memiliki 50 motif batik,” ujarnya.
Batik besutannya dijual dengan jenis yang beragam dan teknik pengerjaan yang berbeda, seperti batik cap, gradasi, bordir, dan tulis. Masing-masing dibanderol mulai dari harga Rp300 ribu hingga Rp2 juta, tergantung motif dan tingkat kesulitan pengerjaannya.
Selain batik, tidak sedikit UMKM yang menjajakan makanan dan oleh-oleh khas Bromo yang mengikutsertakan warga Broml. Sigit berharap, gelaran Jazz Gunung 2023 ini mampu meningkatkan perputaran ekonomi pengusaha mikro, termasuk masyarakat sekitar. (*) RAL