Jakarta – Masyarakat Jakarta dalam beberapa waktu belakangan ini dihebohkan dengan kualitas udara Jakarta yang nampak berkabut. Hal ini disinyalir disebabkan oleh polusi udara yang parah. Akan tetapi, ternyata kualitas udara di Jakarta bukanlah yang terburuk. Bandung yang memiliki label “sejuk” justru adalah raja polusi di Indonesia.
Info ini diungkap startup yang bergerak di bidang solusi polusi udara, Nafas. Nafas mendeskripsikan data kualitas udara tiga kota besar, yakni Jakarta, Bandung, dan Surabaya. Hasil penelitian Nafas ini sekaligus mematahkan anggapan bahwa kualitas udara di luar Jakarta lebih baik.
Sensor udara Nafas mengukur tingkat PM2.5 yaitu partikel berukuran sangat kecil dan membahayakan kesehatan karena bisa ikut terhirup lewat napas hingga terbawa ke pembuluh darah. Nafas saat ini memiliki 200 sensor yang tersebar di Jabodetabek, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Malang, Bali, dan kota-kota lain.
Data Nafas menunjukkan jika kualitas udara Kota Bandung lebih buruk ketimbang Jakarta dan Surabaya selama 2022. Kondisi serupa juga masih terdeteksi di 2023.
Tingkat PM2.5 di area Bandung Raya mencapai 40 mikrogram per meter kubik (µg/m³) pada 2022, lebih tinggi dari Jakarta sebesar 37 µg/m³ dan Surabaya sebesar 35 µg/m³. Pada 2023, level PM2.5 di Bandung Raya adalah 37 µg/m³, diikuti oleh Surabaya pada level 35 µg/m³, dan Jakarta yang ternyata cuman 32 µg/m³.
Dengan demikian, masyarakat Bandung menghirup udara tidak sehat lebih banyak ketimbang masyarakat Jakarta dan Surabaya. Pada 2022, data Nafas menunjukkan kualitas udara di Bandung berada pada level tak sehat rata-rata selama 3,63 jam setiap hari. Sedangkan Surabaya, kualitas udara tidak sehatnya terdeteksi selama 2,56 jam setiap hari dan di Jakarta selama 2,54 jam setiap hari. SW