Jakarta— Transaksi keuangan digital akan mengalami pertumbuhan pesat di tahun 2025.
Nasabah akan semakin jarang berkunjung ke kantor bank. Bahkan, ATM pun mulai ditinggalkan. Bank-bank mesti mengantisipasi kebutuhan nasabah.
Warning tersebut disampaikan oleh Direktur Ekonomi Center of Economic and Law Studies (Celios), Nailul Huda, dalam “UOB Media Editors Circle” di Jakarta, Kamis (17/4).
Menurut Nailul, transaksi keuangan digital mengalami pertumbuhan siginifikan pada transaksi pembayaran dan penyaluran pinjaman daring (pindar). Masing-masing tumbuh dua digit.
Nilai transaksi pembayaran digital pada tahun 2025 diproyeksikan akan tumbuh sebesar 16,73 persen. Di tahun 2024, nilai transaksi pembayaran digital sebesar Rp2.491,68 triliun.
“Di tahun 2025 kita proyeksikan meningkat menjadi Rp2.908,59 triliun,” ungkap Nailul.
Peningkatan ini, kata Nailul, didorong oleh perubahan perilaku nasabah. Mereka mulai malas untuk transaksi keuangan secara fisik dengan berkunjung ke kantor cabang bank, dan bahkan ATM.
“Mereka lebih sering menggunakan online banking atau aplikasi mobile,” ujar Nailul.
Sementara itu, lanjut Nailul, peningkatan lebih tinggi lagi akan terjadi pada penyaluran pindar. Tahun 2024, penyaluran pindar mencapai Rp302,70 triliun.
“Di tahun 2025 kita proyeksikan akan mengalami pertumbuhan sekitar 20 persen menjadi Rp365,70 triliun,” ujarnya.
Hal ini, lanjut Nailul, mencerminkan meningkatnya kebutuhan pendanaan, baik untuk individu maupun pelaku usaha, melalui platform digital.
Yang perlu dicermati, kata Nailul, justru akan terjadi perlambatan pada transaksi e-commerce atau perdagangan digital.
“Nilai perdagangan daring diperkirakan tumbuh tipis 0,5 persen dari Rp 468,64 triliun pada 2024 menjadi Rp 471,01 triliun pada tahun 2025,” ungkapnya.
Menurutnya, pertumbuhan landai ini menunjukkan bahwa pasar e-commerce mulai stabil, dengan laju pertumbuhan yang melambat.
Layanan Bank Anticipate dan Personalize
Pertumbuhan transaksi keuangan digital yang sangat pesat, menurut TMRW Head UOB Indonesia, Glenn Natamihardja, memang tak terbendung lagi.
Sebab, perilaku masyarakat juga mengalami perubahan ke arah digital.
Di sektor perbankan, kata Glenn, pertumbuhan pengguna layanan digital terus menunjukkan tren positif.
UOB Indonesia mencatat lonjakan pengguna mobile banking sebesar 23 persen pada tahun 2024 dibanding tahun sebelumnya.
“Hal ini menjadi sinyal kuat bahwa transformasi digital di sektor keuangan tidak hanya berlangsung cepat, tetapi juga semakin dibutuhkan oleh nasabah,” katanya.
Menurut dia, lonjakan tersebut didorong oleh berbagai fitur digital yang semakin relevan dengan kebutuhan masyarakat.
“Kalau kita lihat, semua data transaksi, pertumbuhannya dua digit, baik itu transaksi QR, transfer, hingga pembayaran tagihan,” ujarnya.
Transaksi menggunakan QR Code di UOB Indonesia naik sebesar 115 persen secara tahunan.
Sementara fitur pembayaran tagihan terintegrasi mengalami kenaikan penggunaan sebesar 37 persen.
Sedangkan transaksi transfer antar rekening pun meningkat 19 persen.
“Momentum digital di Indonesia sangat baik, dan kami melihat tren ini akan terus berlanjut di tahun-tahun mendatang,” tuturnya.
Glenn mengatakan, nasabah kini juga menuntut solusi mobile banking yang lebih cerdas. Layanan bank yang memberikan solusi, anticipate, dan sifatnya lebih personalize.
“Mereka tidak hanya menginginkan layanan yang simpel–tidak ribet dan paperless juga mampu memberi peringatan atau saran finansial yang membantu pengelolaan keuangan pribadi,” paparnya.
Glenn mencontohkan, kalau nasabah sudah overspending di pertengahan bulan, sistem bisa memberi tahu bahwa 70 persen dari budget sudah terpakai.
“Nasabah ingin digital banking yang bisa mengantisipasi, bukan sekadar alat transaksi,” jelasnya.
Sementara itu, seiring dengan pertumbuhan transaksi keuangan digital yang tinggi, masih ada pekerjaan rumah yang harus dibenahi, yakni terkait dengan talent digital dan literasi keuangan digital.
“Kebutuhan talent digital sangat tinggi, kita mesti antisipasi dengan terus meningkatkan jumlah talent digital yang dibutuhkan, industri” ujar Direktur Pengembangan Ekosistem Digital Komdigi RI, Sonny Hendra Sudaryana. (DW)