Tasikmalaya – Hanya sejengkal dari Bandung, Kampung Naga yang terletak di Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat ini menawarkan nuansa perdesaan tradisional di era animisme-dinamisme.
Berjarak sekitar 90 kilometer dari Kota Bandung, Kampung adat ini berada tak jauh dari jalan raya yang menghubungkan Kota Garut dan Kota Tasikmalaya. Luasnya tak lebih dari 1,5 hektar. Dihuni tidak lebih dari 102 kepala keluarga.
“Leluhur kami sudah ratusan tahun menghuni kampung ini,” ungkap Aji, penduduk asli Kampung Naga yang berprofesi sebagai pemandu wisata, kepada AsianPost.ID, awal Maret lalu.
Meski bernama Kampung Naga, kampung ini tak ada hubungan dengan ular raksasa dalam cerita mitologi kuno. Istilah “Naga” berasal dari nama Kampung Nagawir, kampung di bawah tebing.
Masyarkat Kampung Naga sangat ketat menjaga adat-istiadat, budaya, dan tradisi leluhurnya. Salah satunya adalah mempertahankan jumlah penghuni yang boleh tinggal di kampung tersebut.
“Misalnya ada yang menikah, mereka tidak bisa tinggal di kampung, kecuali keluarga intinya sudah meninggal, mereka boleh menggantikan tinggal di kampung,” ungkap Aji.
Tradisi lain yang masih dijaga adalah menjaga pengaruh dunia luar, seperti tidak adanya aliran listrik di kampung. Meski pemerintah melalui PLN siap memberikan subsidi gratis untuk aliran listrik, mereka menolak.
“Ini bagian dari upaya masyarakat untuk hidup dengan prinsip kebersamaan. Ini untuk mengurangi kesenjarangan ekonomi,” ujar Aji.
Prinsip kebersamaan inilah yang membuat mereka tidak mau berpihak pada salah satu capres, cagub, cabup, atau caleg saat pemilihan. “Kami selalu berpartisipasi dalam pemilihan, dan akan mendukung yang terpilih,” kata Aji.
Inilah demokrasi ala Kampung Naga. Demokrasi yang dilandasi semangat kebersamaan untuk menjaga warisan leluhur. Demokrasi yang membuat mereka tetap survive di tengah gempuran modernisasi.
Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, masyarakat Kampung Naga bekerja sebagai petani di ladang atau sawah. Ada juga sebagai pengrajin anyaman bambu atau bekerja di luar kampung.
Ingin berkunjung ke Kampung Naga?
Rutenya mudah. Bisa menggunakan kendaraan pribadi atau kendaraan umum. Jika menggunakan kendaraan pribadi dari Jakarta, rutenya sebagai berikut: Tol Jakarta – Cikampek – Cileunyi – Nagreg – arah Garut Kota – Cilawu – Kampung Naga.
Jika berkendara dari Bandung, rutenya sebagai berikut: Cileunyi – Rancaekek – Nagreg – Leles dan Garut Kota – Cilawu – Kampung Naga.
Untuk yang naik kendaraan umum dari Jakarta, rutenya sebagai berikut: dari Jakarta naik bus jurusan Kampung Rambutan – Garut – Singaparna – turun di Kampung Naga.
Jika dari Bandung, rutenya sebagai berikut: menggunakan bus Diana Prima di Terminal Cicaheum jurusan Bandung – Garut – Tasikmalaya (Singaparna), lalu berhenti di Kampung Naga. YDI
Jadi pengen ke Kampung Naga. Besok ah kalo ke Garut mampir.