Sri Lanka Terapkan Jam Malam dan Bekukan Medsos

THE ASIAN POST, KOLOMBO ― Pemerintah Sri Lanka memberlakukan jam malam nasional dari jam 6 malam hingga jam 6 pagi serta memblokir sebagian besar media sosial termasuk Facebook dan YouTube.

Langkah ini untuk mengurangi penyebaran informasi palsu dan mengurangi ketegangan di negara sekitar 21 juta orang.

Perdana Menteri Ranil Wickremesinghe mengatakan dia khawatir pembantaian itu dapat memicu ketidakstabilan di Sri Lanka, dan dia bersumpah untuk “memberikan semua kekuatan yang diperlukan dengan pasukan pertahanan” untuk mengambil tindakan terhadap mereka yang bertanggung jawab.

Uskup Agung Kolombo, Kardinal Malcolm Ranjith, meminta pemerintah Sri Lanka untuk “tanpa ampun” menghukum mereka yang bertanggung jawab “karena hanya hewan yang dapat berperilaku seperti itu.”

Dilansir Associated Press (AP), juru bicara kepolisian Ruwan Gunasekara mengatakan, sedikitnya 207 orang tewas dan 450 lainnya luka-luka.

Dia mengatakan polisi menemukan rumah yang aman dan sebuah van yang digunakan oleh para penyerang.

Pertumpahan darah yang menyerang tiga gereja dan tiga hotel mewah ini  mengingatkan kembali situasi terburuk perang saudara 26 tahun di Sri Lanka, di mana Macan Tamil, kelompok pemberontak dari etnis minoritas Tamil, mencari kemerdekaan dari negara mayoritas Buddha itu. Orang-orang Tamil adalah Hindu, Muslim dan Kristen.

Sri Lanka, yang terletak di ujung selatan India, adalah sekitar 70 persen umat Buddha. Insiden anti-Kristen sebenarnya sudah terjadi dalam beberapa tahun terakhir, tetapi tidak dalam skala besar, seperti yang terjadi pada hari Minggu.

Juga tidak ada sejarah militan Muslim yang kejam di Sri Lanka. Namun, ketegangan telah meningkat baru-baru ini antara biksu Buddha garis keras dan Muslim.

Dua kelompok Muslim di Sri Lanka mengutuk serangan gereja, seperti halnya negara-negara di seluruh dunia. Paus Francis menyampaikan belasungkawa pada akhir berkat tradisional Paskah di Roma.

Seperti diketahui, enam ledakan hampir bersamaan terjadi pada pagi hari di kuil dan Hotel Cinnamon Grand, Shangri-La dan Kingsbury di Kolombo, serta di dua gereja di luar Kolombo, menurut juru bicara militer Sri Lanka, Brigjen. Sumith Atapattu.

Beberapa jam kemudian, dua ledakan terjadi di luar Kolombo, salah satunya di sebuah wisma, di mana dua orang tewas, yang lain di dekat jalan layang, kata Atapattu.

Pihak berwenang juga mengatakan, tiga petugas polisi tewas dalam pencarian di rumah yang diduga aman di pinggiran Kolombo ketika penghuninya tampaknya meledakkan bahan peledak untuk mencegah penangkapan. []

headlineInternational
Comments (0)
Add Comment