Soal Bantuan Malaysia untuk Korban Banjir: Cacat Logika Komunikasi Menteri Tito

MENDAGRI Tito Karnavian awalnya ingin mengklarifikasi: bantuan korban banjir dari Malaysia tak seberapa jika dibandingkan dana bantuan yang telah dikeluarkan pemerintah RI.

“Jangan sampai nanti image-nya seolah-olah mendapat bantuan dari negara lain. Padahal ndak seberapa dibanding dana bantuan pemerintah,” ujar Tito mengklarifikasi.

Ya, benar apa yang Menteri Tito katakan. Tentu dana dari pemerintah RI yang telah disalurkan jauh lebih banyak. Jauhlah.

Kekhawatiran Tito jika sampai publik mengira bantuan dari Malaysia melebihi ekspektasi justru jadi masalah. Penegasan Tito bahwa bantuan Malaysia tak seberapa, dibaca publik sebagai cacat logika komunikasi.

Pak Tito, niat baik mengklarifikasi yang Anda lakukan membuka isi di kepala Anda. Pemerintah seperti khawatir kalah saing dalam “memamerkan” jumlah bantuannya. Ini sangat menggelikan, kalau ndak mau disebut bodoh.

Apa salahnya jika publik membaca bahwa Malaysia lebih care dibanding Indonesia dalam menangani bantuan banjir? Dan, itu bentuk apresiasi publik ke negara lain yang peduli.

Soal bantuan pemerintah lebih besar, ya tentu saja. Itu sudah menjadi kewajiban pemerintah. Ndak perlu juga memamerkan diri dan takut kalah saing.

Justru menjadi terkesan arogan dan lucu (silakan kalau mau dibaca bodoh) ketika Anda merasa perlu mengklarifikasi dan meluruskan opini publik terkait bantuan dari Malaysia.

Ini seperti memaksa tangan kiri Anda melihat saat tangan kanan Anda sedang memberi sumbangan ke orang lain.

Pak Jenderal, sudahlah. Fokus bekerja saja. Jangan mengurus opini publik yang justru membuka isi kepala Anda yang naif itu.

Negara lain mau membantu, sekecil apapun, itu sangat berarti bagi korban bencana. Bukan hanya soal barang atau nominal bantuannya saja, tapi lebih pada rasa empati: Oh, kita tidak sendiri, semua orang peduli sama kita.

Itu lebih berarti bagi korban. Bukankah kita selalu mengatakan “Jangan dilihat barangnya/nominalnya ya, ini bentuk kepedulian kami atas musibah/ujian yang sedang menimpa Anda” saat memberikan donasi kolektif dari kawan-kawan kita untuk kawan lain yang sedang tertimpa musibah?

Pun saat memberi bantuan sendiri.

Atau, jangan-jangan Anda belum pernah membantu kawan Anda yang sedang tertimpa musibah? Ndak apa-apa. Tak ada kata terlambat. Bisa mulai dari sekarang. (Darto Wiryosukarto)

banjirbencana alamkorban banjirMalaysiaTito Karnavian
Comments (0)
Add Comment