Singapura Izinkan 4 Neobank, Indonesia Baru Siapkan 3 Bank

Singapura – Monetary Authority of Singapore (MAS) memberikan izin operasional bank digital penuh kepada empat konsorsium yang lolos seleksi, Jumat (4/12) kemarin. Mereka adalah Grab-Singtel, Sea Ltd., Ant Group, dan Greenland Financial.

Grab dan Singtel dalam satu konsorsium, di mana Grab memegang 60% saham dan raksasa telekomunikasi Singtel memegang 40%. Sea adalah perusahaan dengan valuasi tertinggi Asia Tenggara, dengan nilai sekitar 90 miliar dolar AS. Perusahaan ini memiliki platform e-commerce Shopee, pengembang game Garena, dan divisi pembayaran digital SeaMoney.

Grup Ant yang didukung Alibaba, sebelumnya dikenal sebagai Ant Financial, memiliki pengalaman panjang dalam melayani UKM, terutama di China. Sementara, Greenland Financial adalah lini investasi milik perusahaan properti China, Greenland. Konsorsiumnya terdiri dari Linklogis Hong Kong Ltd. dan Beijing Co-operative Equity Investment Fund Management Co.

Bank digital ini berbeda dengan bank tradisional seperti DBS, OCBC, dan UOB. Mereka beroperasi full digital. Namun, mereka juga memberikan layanan kepada pelanggan ritel dan korporasi. Seperti pembukaan rekening, deposito, serta penerbitan kartu debit dan kredit.

Namun, untuk korporasi hanya boleh menyasar pelaku usaha skala kecil dan menengah serta segmen nonkonsumer lainnya. Ant Group dan Greenland Financial termasuk di kelompok digital wholeshale bank (DWB) ini. Sementara, Grab-Singtel dan Sea mendapat yang mendapat izin digital full bank (DFB) bisa menjalankan semua jenis usaha perbankan.

Bank digital ini tidak akan hadir secara fisik. Semua layanan perbankan dilakukan secara online. The Straitstimes melaporkan, kebijakan pertama di Singapura ini merupakan langkah antisipasi untuk meliberalisasi industri keuangan.

Direktur Pelaksana MAS Ravi Menon mengatakan, bank digital yang akan beroperasi pada awal tahun 2022 ini mendapat izin setelah melalui proses seleksi yang sangat ketat dari bank sentral. Empat konsorsium yang mendapat izin dipastikan yang terkuat dari seluruh pemohon izin.

“Kami berharap mereka dapat berkembang bersama bank-bank incumbent dan meningkatkan standar industri dalam memberikan layanan keuangan yang berkualitas, terutama bagi bisnis dan individu yang saat ini kurang terlayani. Mereka akan semakin memperkuat sektor keuangan Singapura untuk ekonomi digital masa depan,” ujar Ravi.

Ravi menambahkan, bank sentral akan meninjau apakah ke depan akan memberikan lebih banyak lisensi DWB saat lisensi tersebut diperkenalkan sebagai uji coba.

Kehadiran empat neobank dari Singapura ini semakin meningkatkan suhu kompetisi di industri perbankan digital di kawasan ASEAN. Praktisi perbankan di Indonesia juga sudah mengantisipasi dengan ikut membangun bank digital.

Menurut ekonom Indef Aviliani, dari 110 bank di Indonesia, ada sekitar 40 bank yang memiliki potensi untuk menjadi bank digital. Sebagian di antaranya telah memiliki ekosistem yang mendukung untuk beroperasi sebagai neobank.

Dari 40 bank yang disebut Aviliani memiliki potensi menjadi neobank, saat ini setidaknya ada tiga bank yang sudah melangkah lebih maju untuk beroperasi sebagai bank digital. Ketiga bank itu adalah Bank Royal Indonesia, Bank Artos Indonesia Tbk, dan Bank Yudha Bhakti Tbk.

Ketiga bank itu pun sudah bertransformasi dengan berganti baju. Bank Royal menjadi Bank BCA Digital, Bank Artos ganti nama Bank Jago Tbk, dan Bank Yudha Bhakti berubah jadi Bank Neo Commerce Tbk.

Baju baru yang keren-keren.

Siapa yang bakal paling digital? Siapa pula yang akan menjadi neobank nomor satu? Dan, siapa pula yang akan menjadi jagoan?

Kita tunggu aja, Bang.

(Darto Wiryosukarto)

InternationalNeo Bank
Comments (0)
Add Comment