Sigit Pramono: DNA Bangsa Indonesia Adalah Seni, Bukan Sepak Bola

Jakarta – Sigit Pramono selaku salah satu founder pentas Jazz Gunung, menyatakan bahwa DNA bangsa Indonesia terletak pada seni, dan bukan pada sepakbola. Pernyataan yang cukup menggelitik ini ia sampaikan saat press conference acara Jazz Gunung Bromo 2023 di Probolinggo, Sabtu, 22 Juli 2023.

Sigit Pramono yang juga adalah seorang mantan bankir senior, berpandangan bahwa keunggulan bangsa Indonesia terletak pada kekayaan seni budayanya. Menurutnya, kekayaan seni budaya ini bila dikemas, ditonjolkan, dan dikembangkan dengan baik, maka akan memacu popularitas bangsa Indonesia di mata dunia.

“Kita harus bikin alasan untuk membuat orang mau datang ke destinasi wisata. Kalau hanya menonjolkan keindahan alam saja sudah pasti kita bakal tertinggal. Harus ada unsur seni budayanya. Karena bangsa ini DNA-nya itu adalah DNA seni, bukan DNA sepakbola,” ujar Sigit, disambut gelak tawa dari para awak media.

“Jadi kalau kita punya uang Rp1 triliun buat bangun tim sepakbola, itu bisa berpuluh-puluh tahun. Selama kita makannya nasi ya main sepak bola 2 kali 45 menit ya 30 menit pertama sudah habis napasnya. Jadi, kita harus didik anak kita untuk makan daging, kentang, dan lainnya supaya badannya tinggi. Daripada menunggu itu, kita dorong keunggulan bangsa ini yang adalah seni budaya,” jelasnya lagi.

Ia lalu mencontohkan bagaimana dirinya mengimplementasikan pemberdayaan seni budaya itu ke acara Jazz Gunung Bromo 2023 yang berlangsung dari 21 sampai 22 Juli 2023 di Jiwa Jawa Resort, Probolinggo, Jawa Timur.

Ia sampaikan bahwa visi Jazz Gunung Bromo itu adalah mendorong pengembangan seni budaya dengan mengemas musik jazz bernuansa etnik. Musik jazz yang sejatinya adalah musik impor dari luar kemudian dikemas sedemikian rupa dengan menggabungkan musik tradisional dan modern.

“Kita mencoba mengusung musik jazz bernuansa etnik, yang mana pertama kali kita bawa kala itu adalah Kua Etnika. Kua Etnika saat itu belum kita apa-apakan, masih asli Kua Etnika. Kemudian, dalam perkembangannya, kita ingin yang khas musik jazz gunung sendiri. Makanya, kita ada proyek namanya Ring of Fire, yang adalah gabungan antara musik seni tradisi dengan musik modern yakni musik jazz,” terangnya.

Ia membeberkan, sejak itu, meskipun pihaknya juga menampilkan musik jazz yang murni dari luar, pihaknya juga selalu menampilkan musik jazz bernuansa etnik, baik yang dimainkan oleh Ring of Fire Project, maupun yang lainnya seperti dari Madura atau Melayu, dan sebagainya. SW

jazz etnikJazz Gunungjazz gunung bromo 2023musik jazzsigit pramono
Comments (0)
Add Comment