Jakarta– PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk dengan kode saham BBNI kembali mencatat prestasi di pasar modal. Per 31 Oktober 2024, saham BBNI resmi menjadi konstituen indeks MSCI Indonesia ESG Universal.
Tidak hanya memiliki bobot signifikan, BBNI juga berhasil mencatat skor Environmental, Social, and Governance (ESG) yang masuk 5 besar terbaik di antara seluruh konstituen indeks tersebut.
Indeks MSCI merupakan produk Morgan Stanley Capital International yang secara global menjadi acuan investor. Salah satu indeks tematiknya adalah MSCI ESG Universal, yang berisi saham-saham dari perusahaan dengan penerapan ESG kuat.
Mengacu pada factsheet MSCI Indonesia ESG Universal, saham BBNI menempati posisi ke-7 dengan bobot 4,1 persen dari total 20 konstituen.
Skor ESG BBNI juga masuk jajaran top 5 terbaik, menandai konsistensi bank pelat merah ini dalam memperkuat tata kelola berkelanjutan.
Berdasarkan data Sustainalytics, BBNI meraih skor 23,2 dan berada di peringkat 6.405 dari 15.080 perusahaan dunia. Capaian ini menempatkan BBNI dalam kelompok top 50 persen perusahaan dengan tata kelola ESG global terbaik.
Dari sisi bisnis, BBNI aktif menghadirkan inisiatif berkelanjutan. Seperti penerbitan green bond, penerapan sustainable linked loan (SLL), serta produk kartu ramah lingkungan seperti BNI WWF Affinity Cards dan BNI Amex Vibe Card berbahan daur ulang.
Sedangkan dari sisi operasional, BBNI mengusung green office culture melalui sertifikasi green building, pengelolaan limbah, instalasi panel surya di Plaza BNI, hingga sistem administrasi digital tanpa kertas (E-Office).
Apa Kata Analis?
Analis Lotus Andalan Sekuritas, Sharlita Malik, menilai penguatan aspek ESG membuat saham BBNI semakin atraktif.
“Dengan mengkoneksikan antara aspek lingkungan serta bisnis dan punya parameter keberhasilan yang jelas pastinya akan lebih menarik di mata investor,” jelasnya.
Sharlita juga menyebut tren investasi berbasis ESG semakin berkembang. Hingga 2024 tercatat ada 62 reksa dana berbasis ESG di Indonesia, lima indeks ESG dengan total 73 emiten, serta empat penerbitan efek utang (EBUS) senilai Rp4,82 triliun. Hal ini diyakini menjadi katalis tambahan yang memperkuat posisi BBNI sebagai saham blue chip berkelas global. (*)