Ribuan Wisatawan Saksikan Jazz Gunung Bromo, Keubibit hingga Rings of Fire Project Tampil Memukau

Probolinggo— Ribuan wisatawan dari berbagai daerah mulai memadati kawasan wisata Amfitheatre Jiwa Jawa Bromo yang terletak di lereng Gunung Tengger, Probolinggo, Jawa Timur, pada Jumat (19/7/2024).

Para pengunjung tersebut ramai-ramai menyaksikan Festival musik Jazz Gunung Bromo yang akan dilangsungkan selama dua hari ke depan.

Di sore hari, penampil pertama diisi oleh Keubitbit yang merupakan grup musik etnik asal Aceh.

Karya-karya Keubitbit banyak mengandung unsur sosial, budaya dan permasalahan dari berbagai aspek. Keunikan Keubitbit sendiri merupakan ritmis perkusi dan tiupan dari seurune kalee (seruling Aceh).

Melodinya juga bernuansa musik timur tengah, kemudian dilengkapi dengan irama unik dari rapa’i (alat musik Aceh).

Hal paling spesial terdapat pada sentuhan teknik bernyanyi cepat dengan menggunakan musik ritmis yang menjadikan musik Keubitbit mempunyai karakter yang kuat.

Selanjutnya, ada sebagai grup musik Syifa n Friends. Group ini pernah mengisi Loenpia Jazz Semarang, Ngayog Jazz, hingga Ubud Village Jazz Festival.

Adapula Rimaraay yang dikenal melalui media sosialnya karena memainkan lagu-lagu populer dan mengubahnya menjadi standar jazz dalam format vokal dan gitar.

Musik yang ia mainkan sebagian besar dikemas dalam gaya bossa nova. Rimaraay dipengaruhi oleh komposer dan musisi Brasil, seperti Antonio Carlos Jobim.

Memasuki malam hari, penonton akan disuguhkan degan penampilan Elfa’s Singers. Group kawakan ini terdiri dari Agus Wisman, Lita Zein, Ucie Nurul, dan Yana Julio. Mereka akan membawakan tiga lagu yang berjudul Tetaplah Bersamaku, Berdua, dan Ucaplah Untuk Terakhir.

Di akhir acara, proyek musik khas Jazz Gunung Bromo bernama Ring of Fire feat Brasszigur Brassband & Ndaru Ndarboy akan menggebrak panggung.

Seperti biasa, Ring of Fire Project menampilkan kolaborator yang bernilai, berkesan, dan juga memiliki daya tariknya sendiri.

Para pemusik di dalamnya, menampilkan nuansa dan bunyi-bunyian etnik nusantara dan tradisi dengan komposisi jazz yang eksploratif dan interaktif.

Sepeninggal Alm. Djaduk Ferianto, proses kreatifnya diinisiasi oleh para personel KUATENIKA. Tahun ini mereka mengajak Brasszigur Brassband dan Ndaru Ndarboy.

Sementara Brasszigur Brass Band berdiri pada tahun 2012 dengan personel awal Kharisma Misbachullah (Trumpet), Odiek Setya (Trumpet), Alm. Danar Dono D. K (Tenor Saxophone), Alm. Jhonysep (Alto Saxophone), Erwanto Cahyo N (Trombone), Agus Setiawan A (Trombone), Aji Sukma P (Tuba), Dwi Joko Y & I Nyoman Triesnawara (Percussion).

Mengusung konsep Street Musician, Brasszigur Brass Band mengawali karirnya dengan lagu yg berjudul Big City dan No Name.

Helarius Daru Indrajaya atau Ndaru Ndarboy seorang solois kelahiran 1995. Ia mengembangkan genre dangdut untuk bisa dikenal lebih di dalam dan luar negeri.

Sentuhannya memberikan warna baru dan digemari oleh masyarakat dengan membawa misi untuk menyebarkan dan mengenalkan kembali budaya dan bahasa Jawa. (*) Ranu Arasyki Lubis

jazzJazz Gunungjazz gunung bromo 2023Jazz gunung bromo 2024musik jazz
Comments (0)
Add Comment