Resep Ampuh Calon Rektor UI Tangkal Intoleransi dan Radikalisme

THE ASIAN POST,  JAKARTA ― Kampus sering dituding sebagai tempat subur untuk menyebarkan paham radikalisme dan intoleransi.

Untuk itu, tantangan bagi setiap rektor adalah menumbuhkan rasa cinta terhadap tanah air, yang nantinya diharapkan dapat mengikis sifat-sifat radikal dan intoleran dari mahasiswa maupun warga kampus.

Salah satu calon kuat Rektor UI 2019-2024, Prof.Dr.dr.Budi Wiweko, SpOG (K), MPH, punya obat ampuh untuk mengikis paham radikalisme dan intoleransi yang sudah menjadi tantangan bangsa Indonesia itu.

Iko, demikian biasa disapa, dalam paparannya di hadapan pakar dan 17 anggota Majelis Wali Amanat (MWA) UI, Kamis (19/9), menawarkan kuliah ALIVE Project.

ALIVE merupakan kepanjangan dari Art, Leadership, Innovative, Value Creation dan Empathy, sehingga diharapkan mahasiswa UI kedepan akan menjadi mahasiswa yang unggul, berkarakter pemimpin, inklusif, dan mencintai budaya Indonesia.

Mata kuliah ini, tambah Iko, diramu untuk meningkatkan kesadaran mahasiswa agar memiliki rasa cita berbangsa, berbudaya dan tanah air Indonesia.

Menurut Iko, materi mata kuliah yang digagasnya itu akan berisi tentang sejarah penyebaran agama, dan budaya bangsa.

“Nanti juga akan diajarkan  nilai-nilai empat konsensus dasar bangsa melalui seni budaya dan olahraga, serta inspirasi-inspirasi dari diaspora untuk membentuk karakter mahasiswa UI sebagai calon pemimpin bangsa “ujar Iko, yang juga merupakan ketua Pokja Kesehatan NU Cirlce.

Lebih lanjut, Iko mengatakan, ALIVE Project akan dimulai dari semester awal. Selanjutnya,  mahasiswa akan diberi tugas untuk pertunjukan seni budaya yang akan memperebutkan Piala Rektor.

Inovasi UI ALIVE Project ini merupakan bagian dari pengembangan kemampuan soft skill mahasiswa yang sangat diperlukan bagi calon pemimpin bangsa ini ke depan.

Toleransi Butuh Contoh

Menurut Iko, sikap toleran bukan hanya di atas kertas tapi juga dipraktikkan dalam kehidupan nyata.

Ia, misalnya, selalu memilih partner kerja sesuai kapasitas dan berdasarkan profesionalisme, tanpa memandang suku, ras, agama dan golongan.

Ia memberi contoh, dua asistennya dan salah satu tim risetnya menganut agama Katolik. Bukan cuma itu, Iko mengirim seorang asistennya yang lain, juga beragama Katolik  ke Osaka, Jepang, untuk mengambil gelar Phd.

Iko yang kerap berdiskusi kebangsaan dengan beberapa tokoh bangsa ini menegaskan, Indonesia merdeka bukan karena perjuangan suku ataupun agama tertentu.

Baginya, Indonesia merdeka diperjuangkan oleh berbagai suku dan agama yang bersatu mencapai satu tujuan.

“Mari kita selalu bergandeng tangan, bersatu melawan musuh sesungguhnya, yaitu perkembangan jaman, menuju Indonesia Maju,” kata Iko.

Wakil Direktur Medical Education Research Institute (IMERI) FK-UI yang juga  aktif sebagai Ketua Pokja Kesehatan NU Circle ini menawarkan beberapa gagasan bidang kesehatan untuk kemajuan kesehatan di Indonesia. []

Comments (0)
Add Comment