Penerbitan Surat Utang Nasional Naik 77 Persen di Q1 2025, Ini Rinciannya

Jakarta – PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) merilis data terbaru terkait perkembangan pasar surat utang korporasi untuk kuartal I 2025. Total penerbitan surat utang korporasi secara keseluruhan di Indonesia selama Januari sampai Maret 2025 mencapai Rp46,75 triliun atau tumbuh 77,4 persen secara tahunan dibandingkan kuartal I 2024 yang senilai Rp26,35 triliun.

Dari nilai Rp46,75 triliun tersebut, Rp46,4 triliun di antaranya berasal dari instrumen berbentuk obligasi korporasi dan sukuk. Realisasi penerbitan obligasi korporasi dan sukuk yang sebesar Rp46,4 triliun di kuartal I 2025 itu juga tercatat naik signifikan sebesar 84,86 persen dari Rp25,1 triliun pada periode yang sama di tahun lalu.

Sementara itu, realisasi penerbitan medium term notes (MTN) di Indonesia pada kuartal I 2025 tercatat berada di angka Rp0,4 triliun, atau mengalami penurunan 42,85 persen dari Rp0,7 triliun pada periode yang sama di tahun sebelumnya.

Selain itu, hingga kuartal I 2025, terpantau masih belum ada penerbitan efek utang lainnya, seperti perpetual bond, surat berharga komersil (SBK), dan sekuritisasi. Yang mana, pada kuartal I 2024, telah ada Rp500 miliar efek utang lainnya yang diterbitkan.

“Jadi, all in all kondisi pasar surat utang korporasi di triwulan pertama tahun ini memang relatif lebih semarak dibandingkan dengan kuartal pertama 2024,” ujar Kepala Divisi Riset Ekonomi Pefindo, Suhindarto secara virtual, Selasa, 15 April 2025.

Secara sektoral, penerbitan surat utang korporasi selama kuartal I 2025 di Indonesia didominasi oleh sektor pulp dan kertas dengan total nilai penerbitan sebesar Rp13,2 triliun dari empat perusahaan, yang terdiri atas sukuk Rp5,1 triliun dan obligasi Rp8 triliun.

“Lalu, pertambangan berada di posisi kedua. Dari enam perusahaan (tambang), total nilai penerbitan Rp9,2 triliun, dengan sebagian besar diterbitkan dalam bentuk obligasi Rp6,3 triliun, sukuk Rp2,8 triliun, dan MTN Rp0,1 triliun,” imbuh Suhindarto.

Sektor multifinance menempati posisi ketiga dengan total nilai penerbitan surat utang sebesar Rp8,3 triliun dari enam perusahaan, dengan rincian obligasi Rp6,7 triliun dan sukuk Rp1,6 triliun. Untuk tujuan penerbitan surat utang, Suhindarto menjelaskan bahwa penggunaan dana dari penerbitan surat utang mayoritas untuk refinancing (53,6 persen) dan modal kerja (41,5 persen).

Pefindo memprediksi, penerbitan baru surat utang pada 2025 akan berkisar di rentang Rp139,29 sampai Rp155,43 triliun, dengan titik tengah pada Rp143,91 triliun. SW

obligasisukuksurat utang nasional
Comments (0)
Add Comment