Jakarta – PT Pelabuhan Indonesia (Persero) atau Pelindo terus memperkuat komitmennya dalam meningkatkan efisiensi layanan melalui penerapan Terminal Booking System (TBS) di sejumlah pelabuhan, khususnya terminal peti kemas.
Sistem digital ini diharapkan dapat membantu memperlancar arus kendaraan angkutan barang, mengurangi antrean, serta meningkatkan kepastian waktu layanan bagi pengguna jasa.
Direktur Operasi Pelindo, Putut Sri Muljanto, menjelaskan bahwa penerapan TBS adalah bagian dari langkah strategis perusahaan dalam mewujudkan transformasi digital di sektor kepelabuhan.
“Dengan sistem ini, pergerakan truk di area pelabuhan menjadi lebih teratur, waktu tunggu dapat ditekan, dan proses bongkar muat berjalan lebih efisien sehingga dapat memperpendek port stay,” ujar Putut, dalam keterangan resmi, Rabu, 22 Oktober 2025.
Putut menambahkan, peningkatan efisiensi yang tercipta di pelabuhan turut mempercepat distribusi barang kebutuhan pokok dan bahan baku industri, yang pada akhirnya mendukung stabilitas harga dan ketersediaan barang bagi masyarakat.
Melalui TBS, setiap truk yang akan melakukan aktivitas di terminal wajib melakukan pemesanan jadwal (booking) secara daring sebelum memasuki area pelabuhan.
Sistem ini mengatur slot waktu kedatangan dan kapasitas terminal, sehingga arus kendaraan dapat dikelola secara terukur dan tidak menimbulkan penumpukan di gate maupun jalan akses pelabuhan.
TBS telah diterapkan di sejumlah pelabuhan utama seperti Tanjung Priok, Tanjung Emas, dan Tanjung Perak, serta akan diperluas ke terminal-terminal lainnya di bawah pengelolaan Pelindo.
TBS membagi jadwal pelayanan dalam tiga slot per delapan jam di Tanjung Priok, enam slot per empat jam di Tanjung Perak, dan delapan slot per tiga jam di Tanjung Emas. Masing-masing dengan kapasitas maksimal kendaraan yang disesuaikan dengan kondisi terminal.
Di lain sisi, Ketua Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) Jawa Tengah, Teguh Arif Handoko, mengatakan bahwa layanan di Terminal Petikemas Semarang menjadi lebih efektif dan cepat dengan TBS.
“Sekarang di Tanjung Emas, Semarang tak ada antrean truk, apalagi back up area untuk truk kontainer cukup luas, sehingga truk yang sudah booking tetapi belum memperoleh layanan bisa menunggu giliran di area yang sudah ditentukan,” ungkap Teguh.
Sistem ini juga memperkuat prinsip transparansi dan fairness karena seluruh operator truk wajib menggunakan mekanisme pemesanan yang sama tanpa pengecualian.
“Diperlukan kedisiplinan semua pihak — baik operator terminal, pengemudi truk, maupun pengguna jasa — agar sistem ini berjalan optimal. Untuk itu, kami terus melakukan sosialisasi dan pendampingan agar proses adaptasi berlangsung lancar,” jelas Putut.
Pelindo turut memastikan bahwa penerapan TBS akan terus dievaluasi secara berkala. Saat ini, perusahaan tengah mempersiapkan integrasi sistem tersebut dengan platform digital lain di lingkungan Pelindo, seperti sistem pelayanan kapal dan terminal, guna menciptakan konektivitas data yang lebih menyeluruh.
“Ke depan, kami akan memperluas implementasinya ke seluruh terminal Pelindo agar tercipta sistem yang lebih efisien, aman, transparan dan berdaya saing,” tutup Putut. SW