Jakarta— Penyaluran kredit perbankan mencatatkan pertumbuhan sebesar 8,08% atau Rp6,64 triliun secara tahunan (year on year/yoy) di kuartal I/2023, meski merosot dibandingkan Maret 2023 sebesar 9,93%.
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar menjelaskan, kredit perbankan didorong oleh pertumbuhan kredit investasi di atas 11,3%. Namun termoderasi oleh pertumbuhan kredit modal kerja menjadi 6,65%.
“Hal itu lebih mencolok terlihat di kinerja sektor manufaktur yang terpengaruh oleh kondisi pelemahan ekonomi global,” katanya dalam Raker dengan Komisi XI DPR di Senayan, Jakarta, Senin (5/6/2023).
Mahendra merinci, pada April 2023 dana pihak ketiga (DPK) tumbuh sebesar 6,82% menjadi Rp8.005 triliun, di mana giro dan deposito sebagai main driver. Kemudian, risiko kredit pada April 2023 terjaga dengan rasio net performing loan atau NPL net perbankan sebesar 0,78% dan NPL gross sebesar 2,53%.
Adapun, likuiditas industri perbankan di periode yang sama masih dalam level yang memadai dengan rasio likuiditas yang terjaga. Rasio alat likuid terhadap noncore deposit dan alat likuid terhadap DPK masing-masing sebesar 118,25% dan 26,58%. Besaran itu jauh diambang batas ketentuan masing-masing 50% dan 10%.
Di sisi lain, kredit restrukturisasi Covid-19 pada April 2023 terus mencatatkan penurunan. Ia melaporkan, restru kredit di kuartal I/2023 ini sebesar Rp386 triliun, dari yang sebelumnya per Desember 2022 sebesar Rp469,15 triliun. Jumlah nasabah juga tampak terus menurun menjadi 1,74 juta nasabah dari Desember 2022 sebanyak 2,27 juta nasabah.
“Sementara untuk risiko pasar, posisi devisa neto tercatat sebesar 1,6% atau jauh di bawah threeshold 20%. Permodalan perbankan juga di level yang solid dengan Capital Adequacy Ratio [CAR] sebesar 24,57%,” pungkasnya. (*) RAL