Menyapa Sengon Laut
Rupanya, Doni lebih berkenan menyambangi pepohonan yang ditanamnya dulu. Satu per satu dipegang. Bahkan ada yang dipeluk erat. Pohon sengon laut yang mendapat pelukan hangat Doni itu, ditanam tahun Januari 2012 saat tingginya baru 120 cm. Kini, tinggi sengon laut itu sudah belasan meter dan berdiameter lebih dari pelukannya. Pelukan lelaki dengan tinggi 175 cm.
Beberapa perwira baret merah, mengamati “reunian Doni Monardo dengan pohon-pohonnya”, sempat berkelakar, “Coba kalau dihitung dengan uang, sudah berapa miliar nilai pohon-pohon itu. Kayu bagus harganya sekitar dua juta rupiah per kubik. Padahal, satu batang pohon bisa empat kubik. Lihat, ada berapa banyak pohon besar yang dulu ditanam pak Doni….”
Yang lain menimpali, “Wah, bisa untuk beli rumah, beli mobil, dan buat modal bisnis….” Candaan itu pun disahuti, “Memang sih… kalau pohon-pohon ini ditebang dan dijual bisa untuk beli rumah, beli mobill, dan bisa untuk berbisnis. Tapi jangan lupa, kita juga bisa kena masalah….” Semua pun tertawa.
Kepada setiap Danjen Kopassus yang menjabat setelahnya, Doni Monardo tidak pernah lupa menitipkan pesan, “tolong kasih tahu anak-anak, jangan ada yang menebang pohon-pohon itu.”
Alhasil, pesan Doni pun dicatat sebagai “peraturan” bagi keluarga besar Kopassus. Menebang berarti berani melanggar peraturan. Di sisi lain, memang tidak ada jalan untuk menyelundupkan pepohonan tersebut tanpa melewati markas provost. Dalam kondisi seperti itu, siapa pula yang berani melanggar “larangan” menebang pohon di area Mako Kopassus?
Di bawah kepemimpinan Danjen Kopassus Mayjen TNI Mohammad Hasan, pohon-pohon dan area hijau Cijantung sangat terjaga. Seperti halnya Doni, rupanya Hasan juga termasuk prajurit yang getol pada isu-isu lingkungan. Ia terkenal karena kiprahnya “menjadikan yang kotor menjadi bersih”. Doni bangga akan hal itu.