M. Ilham Pradipta Dianugerahi “Infobank Integrity Award 2025”

Jakarta – Integritas bukan hanya tentang mematuhi peraturan dan hukum, dia juga tentang komitmen untuk melakukan yang benar, bahkan ketika tidak ada yang melihat, atau bahkan ketika nyawa taruhannya.

Ini bukan narasi tanpa bukti. Ini adalah sepenggal kisah tentang kemuliaan, kehormatan, dan keteguhan menjaga integritas seorang bankir muda bernama Mohamad Ilham Pradipta.

Dipta—sapaan Kepala Cabang Pembantu BRI Cempaka Mas Jakarta itu—baru genap 37 tahun, saat empat eksekutor menghentikan paksa kisah hidupnya, dan membuang jasadnya di persawahan Kampung Karangsambung, Desa Nagasari, Kecamatan Serang Baru, Kabupaten Bekasi, di Rabu (22/8) malam yang jahanam.

Meski lakban membekap mulut serta mengikat tangan dan kakinya, Dipta sejatinya tengah mengukir artefak abadi yang kelak akan selalu dikenang dan menjadi monumen bagi industri perbankan nasional: integritas adalah nyawa bagi seorang bankir, yang akan melekat hingga malaikat maut datang menjemput.

Dipta sejatinya bisa memilih saat tiba di persimpangan: mempertahankan integritas, atau meneruskan hidup meski tanpa nilai, seperti jalan yang diambil beberapa koleganya sesama bankir yang menjadi pesakitan sindikat pembobol rekening dormant.

Seperti penuturan Dirtipideksus Bareskrim Polri Brigjen Helfi Assegaf, sindikat pembobol rekening dormant yang mengaku sebagai Satgas Perampasan Aset dari suatu kementerian, memaksa beberapa kepala cabang bank untuk membantu aksi mereka. Ketika beberapa dari mereka memilih mengiyakan, Dipta sebaliknya, menolak.

Dipta sadar betul, integritas adalah fondasi yang menopang pilar kepercayaan di industri perbankan. Tanpa integritas, bangunan kepercayaan yang dibangun dengan susah payah akan runtuh seketika, seperti debu yang diterbangkan angin. Dipta tidak ingin menjadi bagian yang dicatat sejarah sebagai peruntuh bangunan kepercayaan itu.

Padahal, Dipta tak beda dengan pria seusianya: hidup bahagia bersama Puspita Aulia, wanita cantik yang telah memberinya dua buah hati. Sebagai pasangan muda, Dipta dan keluarga tentu punya banyak mimpi duniawi. Tapi, lagi-lagi, integritas yang telah melekat kuat di setiap geraknya, selalu membisikkan satu kata: jangan! Dia bergeming, meski anggota sindikat menjanjikan banyak pilihan untuk meraih mimpi-mimpinya.

Dipta mengambil risiko terbujur kaku, setelah berjuang mempertahankan hidup, dengan mulut, tangan, dan kaki terlakban. Ancaman, benturan, serta tekanan fisik di dada dan leher yang membuat napasnya terhenti, tak mampu menggoyahkan pilihan profesionalnya sebagai bankir sejati. Dia, bankir yang masih belia itu, lebih memilih mati. Demi integritas.

Industri perbankan sangat kehilangan, sekaligus mengangkat topi, untuk pilihan hebatmu, Dipta!

Atas dedikasi dan integritasnya, Infobank Media Group akan memberikan anugerah “Infobank Integrity Award 2025” kepada Ilham Pradipta. Penghargaan rencananya akan diterima oleh istri almarhum pada ajang “Indonesia Economic Summit 2025” di Grand Ballroom Shangri-La Hotel, Jakarta.

“Almarhum Ilham Pradipta layak menerima penghargaan tertinggi di Infobank ini karena pengabdian dan integritinya yang sangat patriotik untuk industri perbankan nasional,” ujar Eko B. Suprianto, Chairman Infobank Media Group.

Menurut Eko, dalam kasus pembobolan rekening dormant di bank lain, pegawai bank menggadaikan kepercayaan nasabah, tapi Dipta tetap menjaga integritasnya.

“Bahkan diganti dengan nyawanya. Infobank sangat mengapresiasi,” tegas Eko.

Penyiar dan Pendaki Good Looking

Tiga belas tahun Dipta mengabdi di BRI. Sebelum malaikat membawanya ke surga, Dipta dipercaya menjadi Kepala Cabang Pembantu BRI Cempaka Mas Jakarta. Posisi yang bisa menjadi jalan lempang untuk mengantarnya ke posisi yang lebih tinggi lagi.

Tahun 2012 adalah awal Dipta bergabung menjadi keluarga besar BRI. Itu setelah lima tahun menempuh pendidikan di Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed), Purwokerto, Jawa Tengah. Dia masuk tahun 2006 dan lulus tahun 2011.

Semasa kuliah, Dipta tak hanya dikenal sebagai mahasiswa cerdas. Dia juga aktif, baik di kegiatan kampus maupun di luar kampus. Selain hobi mendaki gunung, dia juga aktif sebagai penyiar di Radio Metro FM sejak 2007 hingga 2009.

“Waktu itu ada 14 anak Unsoed yang jadi penyiar di Metro FM, salah satunya Dipta. Dia orangnya ramah, super, good looking, dan beda sendiri. Jarang penyiar cowok yang putih, tinggi, dan hobinya naik gunung” ungkap Leo, Koordinator Penyiar Metro FM saat ini.

Perpaduan tinggi badan, putih kulit, good looking, ramah, ransel besar di punggung, dan penyiar radio, Dipta adalah magnet di lingkungannya. Benar kata Leo, dia memang beda.

Dipta di Mata Rekan Kerja

Di BRI, selain dikenal humble dan soft spoken, Dipta menjadi salah satu “bintang” yang bersinar di bank BUMN terbesar itu. Dia termasuk salah satu staf yang promosi jabatan relatif cepat, dari posisi Manajer kemudian menjadi Sub Branch Office Manajer di BRI Cempaka Putih Jakarta.

“Hal itu didasarkan pada kinerja almarhum dalam mengembangkan bisnis funding dan transaction di unit kerja sebelumnya,” ungkap Fajar Baskoro, Pemimpin Cabang BRI Cempaka Putih Jakarta, kepada The Asian Post, Rabu (1/10).

Bahkan, sebelum meninggal, Dipta sedang diusulkan untuk Pool of Candidate kenaikan sebagai Dept. Head di salah satu Regional Office BRI. “Makanya, kami merasa sangat kehilangan. Dia sosok yang cerdas dan penuh ide, sekaligus berintegritas,” tegasnya.

“Sebagai keluarga besar BRI, kami sangat bangga sekaligus kehilangan sosok Ilham Pradipta. Dan, adanya reward dari Infobank ini, memberikan harapan bagi keluarga dan generasi mendatang bahwa integritas merupakan hal yang harus kita junjung tinggi,” tambahnya.

Beasiswa BRI untuk Sang Buah Hati

BRI, sebagai institusi tempat Dipta berkarya, merasa prihatin atas musibah yang menimpa Dipta. Sebagai bentuk kepedulian, BRI berjanji akan menanggung seluruh biasa pendidikan dua buah hati Dipta – Puspita hingga jenjang perguruan tinggi,

“Sudah saya serahkan secara simbolis beberapa hari lalu setelah almarhum meninggal dunia,” ujar Direktur Utama BRI, Hery Gunardi, di grup WA Ikatan Bankir Indonesia (IBI), dikutip Rabu (1/10).

Tak hanya beasiswa, BRI juga berencana akan memberikan penghargaan atas integritas dan dedikasi Dipta yang dinilai luar biasa itu. Ini sebagai bentuk apresiasi BRI terhadap bankirnya yang teguh memegang integritas.

“Rencananya nanti saat ulang tahun ke-130 BRI di minggu kedua Desember, istri dan kedua anak almarhum akan diundang di acara ulang tahun,” ungkap Hery.

Hery sebagai Ketua Umum Perbanas juga tengah mendiskusikan dengan pengurus inti untuk kemungkinan organisasi bank-bank nasional itu memberikan penghargaaan kepada Dipta.

Kronologi Kasus Dipta

Kisah tragis Dipta dimulai dari parkiran Pusat Grosir Lotte di Pasar Rebo, Ciracas, Jakarta Timur, Rabu (20/8) sore. Dipta meeting dengan salah satu pimpinan Lotte dari pukul 14.20 hingga 16.30 WIB.

Usai pertemuan itu, rekaman CCTV memperlihatkan Dipta dipaksa masuk oleh beberapa orang ke dalam sebuah mobil putih yang terparkir di sebelah mobilnya dan sempat berteriak minta tolong. Ada seorang pria yang berada di lokasi mencoba mendekat, namun mobil yang membawa Dipta langsung melarikan diri.

Kamis (21/9) pagi, seorang warga menemukan Dipta sudah tak bernyawa di persawahan Kampung Karangsambung, Desa Nagasari, Kecamatan Serang Baru, Kabupaten Bekasi.

Polda Metro Jaya berhasil mengungkap motif di balik penculikan dan pembunuhan Dipta. Dalam hitungan hari, sebanyak 18 tersangka telah ditangkap, sementara satu pelaku masih buron.

Yang cukup mengejutkan, pelaku utama yang menjadi otak penculikan ternyata Dwi Hartono, seorang pengusaha, motivator, dan pemilik aplikasi online Guruku. Yang lebih mengejutkan lagi, motifnya ternyata membobol rekening dormant di BRI.

“Motif para pelaku melakukan tindak pidana ini adalah untuk memindahkan uang dari rekening dormant ke rekening penampungan,” ungkap Dirreskrimum Polda Metro Jaya, Kombes Pol. Wira Satya Putra, S.I.K., M.H. DW

BRIinfobankInfobank Integrity Award 2025M. Ilham Pradipta
Comments (0)
Add Comment