Jakarta—Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mengajak para pelaku usaha, khususnya industri keuangan untuk proaktif berkontribusi menjaga kelestarian lingkungan melalui penanaman mangrove di perairan payau.
Direktur Rehabilitasi Perairan Darat dan Mangrove KLHK Inge Retnowati menjelaskan, keterlibatan pelaku usaha sangat dibutuhkan untuk mengurangi emisi karbon sejalan dengan komitmen pemerintah menargetkan Enhanced Nationally Determined Contribution (E-NDC) menjadi 32% atau setara 912 juta ton CO2e pada 2030.
Menurutnya, tanaman mangrove memiliki nilai penting secara ekologi dan berkontribusi besar terhadap mitigasi perubahan iklim dunia. Hal itu ia sampaikan saat membuka acara Infobank Green Golf Tournament 2023 di Pondok Indah Golf Course, Jakarta Selatan, pada Sabtu (4/3/2023).
“Ini mumpung Infobank didalamnya terlibat para pihak nongovernment yang saya yakin bisa berkontribusi tidak hanya mengadakan mangrove-nya, tetapi dengan menjaga mangrove yang ada dengan cara membuat masyarakat paham dan mendapat manfaat ketika mereka berkeinginan menjaga,” ujarnya.
Inge mengungkapkan, KLHK tengah membuat kebijakan dalam bentuk rancangan pemerintah untuk membangun pola kerja sama antara industri/korporasi dengan masyarakat dalam mitigasi iklim. Nantinya, pola kerja sama ini menjadi turunan dari Peraturan Menteri LHK No. 21 Tahun 2022 tentang Tata Laksana Penerapan Nilai Ekonomi Karbon.
“Nanti diturunkan ke bentuk petunjuk teknis bagaimana pola kerja sama itu dibangun, apa yang bisa diberikan kepada masyarakat? Insentif dan disinsentif-nya seperti apa? Sanksinya seperti apa? Kita sedang membangun mekanismenya. Kalau misalnya pihak-pihak itu terlibat dalam kontribusi mitigasi iklim, itu apa yang bisa didapat. Itu sedang dibangun turunan dari Permen Nilai Ekonomi Karbon,” sambung Inge.
Inge mengatakan, mangrove mempunyai kapasitas untuk menyimpan karbon 4 hingga 12 kali lebih besar dibandingkan tanaman hutan biasa. Bukan hanya tanamannya saja, lokasi tanah dan biomassa mangrove juga memiliki nilai karbon yang tinggi.
“Above dan below ground, tanamannya, soil-nya, biomass-nya, termasuk yang di bawah permukaan tanah itu punya nilai karbon yang tinggi. Jadi, secara karbon nilainya sangat tinggi. Maka, itu sebabnya ketika kita di tingkat global punya komitmen untuk mencapai reduksi NDC itu, mangrove jadi pendekatan yang sangat efektif, efisien, dan tepat,” tukasnya.
Lebih lanjut, kata dia, tanaman mangrove dapat menjadi ekosistem yang dapat menjadi pelindung kawasan pesisir pantai untuk mengurangi abrasi dan menjaga ekosistem satwa laut seperti udang, kepiting, kerang dan ikan. Tanaman ini juga dapat dimanfaatkan secara ekonomi sosial jika dikelola dengan baik sehingga menghasilkan produk turunan yang beragam, mulai dari keripik, sirup, tepung, sabun cuci, cemilan, hingga dapat menghasilkan tinta batik.
“Kemudian, saat ini mangrove banyak dijadikan area ekowisata. Itu kalau dikembangkan dengan baik, anak muda terlibat dan Pemda men-support/memfasilitasi masyarakat sekitar bisa dapat manfaat, itu bisa jadi sangat baik nilai ekonominya. Itu sudah banyak.
Inge menambahkan, KLHK berjanji akan membantu pelaku industri yang memiliki visi untuk melestarikan ekosistem lingkungan, utamanya mangrove sebagai bagian dari corporate social responsibility (CSR).
“Bakal kita ajarin. Ada pelatihan, pendampingan bibit, memproduksi ikan, udang, kepiting dan membuat kuliner dengan baik, menyelenggarakan ekowisata dengan baik. Itu merupakan nilai penting kontribusi yang diberikan oleh pihak nonpemerintah. Tidak Cuma ada bibit, ditanam dan ditinggal,” pungkasnya. (*) Ranu Arasyki