Ketok Palu, BI Putuskan Kenaikan Suku Bunga Acuan 25 Basis Poin Jadi 5,5%

Jakarta— Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menaikkan BI-7 Days Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 basis poin (bp) menjadi 5,5%. Kenaikan juga dilakukan pada suku bunga deposite facility sebesar 25 basis poin menjadi 4,75%, dan suku bunga lending facility sebesar 25 bp menjadi 6,25%.

Gubernur BI Perry Warjiyo mengklaim, keputusan atas kenaikan suku bunga tersebut sudah terukur dan langkah untuk memastikan berlanjutnya penurunan ekspektasi dan inflasi, sehingga inflasi inti tetap terjaga dalam kisaran 3% plus minus 1%. Menurutnya, keputusan itu sudah dilakukan secara front loaded, preemptive, maupun forward looking.

“Kenaikan suku bunga perbankan, baik suku bunga dana maupun suku bunga kredit, lebih terbatas. Suku bunga deposito satu bulan pada November 2022 tercatat 3,72% atau meningkat 83 bps dibandingkan dengan level Juli 2022. Sementara suku bunga kredit pada November 2022 tercatat 9,11% atau meningkat 17 bps dibandingkan dengan level Juli 2022,” katanya dalam acara Pengumuman Hasil Rapat Dewan Gubernur Bulanan, Bulan Desember 2022, pada Kamis (12/22/2022).

Perry menjelaskan, kenaikan suku bunga perbankan yang terbatas itu dipengaruhi likuiditas yang masih longgar. Melihat hal itu, BI akan terus mendorong perbankan untuk membentuk suku bunga kredit yang efisien, akomodatif, dan kompetitif yang dapat mendukung pemulihan ekonomi.

Sementara, lanjutnya, intermediasi perbankan tampak membaik didorong peningkatan dari sisi permintaan dan penawaran. Pertumbuhan kredit pada November 2022 tercatat sebesar 11,16% secara year on year (yoy), ditopang oleh pertumbuhan positif di seluruh jenis kredit dan mayoritas sektor ekonomi.

Pemulihan intermediasi juga terjadi pada perbankan syariah, di mana pertumbuhan pembiayaan sebesar 23,5% yoy. Di segmen Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), pertumbuhan kredit UMKM pada November 2022 tercatat cukup tinggi sebesar hingga 18,13% yoy.

“Di sisi penawaran, perbaikan intermediasi perbankan didukung likuiditas perbankan yang memadai dan standar penyaluran kredit pembiayaan yang tetap longgar. Sementara dari sisi permintaan, kenaikan kredit/pembiayaan ditopang oleh permintaan korporasi dan konsumsi rumah tangga yang tetap baik. Secara keseluruhan, perkembangan intermediasi perbankan yang positif ini turut mendukung pemulihan ekonomi,” sambungnya.

Di segi permodalan dan likuiditas, industri perbankan masih tetap terjaga dengan baik. Perry menyebut, permodalan perbankan tampak kuat dengan rasio kecukupan modal atau Capital Adequacy Ratio (CAR) pada Oktober 2022 tetap tinggi, yakni sebesar 25,08%.

Meningkatnya permodalan itu berbanding lurus dengan risiko yang tetap terkendali. Hal ini tercermin dari rasio kredit bermasalah atau NonPerforming Loan (NPL) pada Oktober 2022 sebesar 2,72% secara bruto dan 0,78% secara neto.

Sementara, lanjutnya, likuiditas perbankan pada November 2022 tetap terjaga didukung oleh pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 8,80% (yoy). Hasil simulasi BI menunjukkan, ketahanan perbankan masih terjaga.

“Ke depan, Bank Indonesia akan terus memperkuat sinergi dengan KSSK dalam memitigasi berbagai risiko makro ekonomi domestik dan global yang dapat mengganggu ketahanan sistem keuangan,” pungkas Perry. (*)

Penulis: Ranu Arasyki

Bank IndonesiaIHKinflasimakro ekonomiSuku Bunga
Comments (0)
Add Comment