Medan — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akhir pekan ditutup dengan penguatan sangat tajam setelah IHSG mengalami tekanan tiga hari berturut-turut di awal pekan.
Pada perdagangan Kamis dan Jumat, misalnya, IHSG ditutup berbalik. IHSG naik 1,5% pada level 6.726,37.
“Kinerja IHSG seakan melawan kinerja bursa global khususnya bursa Eropa, yang dibuka melemah tajam,” ungkap pengamat ekonomi dari Universitas Islam Sumatera Utara (UISU), Gunawan Benyamin, kepada The Asian Post, Sabtu, 22 Januari 2022.
Kenaikan IHSG katanya tidak terlepas dari membaiknya harga komoditas mineral nasional yang mengalami pemulihan harga, plus kebijakan BI yang akan antisipatif dalam merespon kebijakan moneter global.
Sementara itu, dari sisi lainnya investor asing yang memegang posisi beli bersih di atas Rp270-an miliar turut mendorong kinerja IHSG pada perdagangan akhir pekan.
Tak hanya itu kinerja mata uang rupiah juga mengalami penguatan pada perdagangan. Rupiah ditransaksikan di kisaran level 14.320 per US dolar.
“Kinerja mata uang rupiah terpantau membaik setelah sebelumnya BI mempertahankan besaran suku bunga acuannya,” kata Benyamin.
Di sisi lain, BI juga memperbaharui kebijakan GWM-nya. Serangkaian kebijakan BI tersebut menjadi katalis positif bagi pasar keuangan domestik. Rupiah dan IHSG yang sempat tertekan selama 3 hari berturut, berbalik menguat di akhir pekan, tepatnya setelah BI memutuskan kebijakan moneternya.
Benyamin menilai pelaku pasar masih nyaman dengan serangkaian kebijakan yang diambil BI. Terlebih, BI akan mengambil langkah menyesuaikan (naik) besaran bunga acuan di tahun ini sebagai langkah bijak mengingat The FED atau Bank Sentral AS juga akan melakukan kebijakan sama.
Pasar melihat ada langkah antisipatif, dan ini bukan hanya berbicara mengenai berapa besaran suku bunga acuan yang akan dinaikkan BI nantinya. Tetapi, secara verbal BI terlihat memiliki pandangan pentingnya penyesuaian kebijakan moneter BI.
“Ancaman ke depan bukan berarti telah hilang. The FED dan gelombang Covid-19 masih menghantui kebijakan BI nantinya. Meskipun pelaku pasar masih nyaman dengan kebijakan BI sejauh ini,” kata Benyamin.
Kontributor: Bachtiar Adamy
Editor: Darto Wiryosukarto