Jakarta— Kementerian Keuangan melaporkan pertumbuhan ekonomi nasional hingga akhir tahun diperkirakan masih terjaga di kisaran 5,2% hingga 5,4%.
Hal itu diungkapkan Menteri Keuangan Sri Mulyani merujuk proyeksi yang dikeluarkan oleh beberapa lembaga keuangan internasional. Dia mengatakan, hingga kuartal IV/2022 perekonomian nasional masih mencatatkan kinerja yang cukup baik.
Berdasarkan laporannya, neraca perdagangan terus membukukan surplus hingga 30 bulan berturut-turut. Ekspor Indonesia menyentuh US$24,12 miliar hingga November 2022, atau tumbuh 5,6% secara year on year (yoy). Sementara secara year to date (ytd), angka pertumbuhan ekspor Januari-November meningkat sebesar 28,2%.
“Ini merupakan suatu level yang tetap tinggi. Namun, yang harus kita waspadai, month to month (mtm) yakni Oktober ke November sudah ada indikasi terjadinya penurunan dari growth ekspor kita, yaitu di 2,5%,” jelas Sri pada acara Konferensi Pers: APBN KITA di Jakarta, pada Selasa (20/12/2022).
Menurut Sri, kekawatiran akan melandainya ekspor secara bulanan itu masih terbilang wajar mengingat kondisi dunia yang sedang sibuk memerangi inflasi dengan cara menaikkan suku bunga sehingga menyebabkan pelemahan dari kinerja ekonomi dari negara-negara destinasi ekspor.
“Sehingga kita juga harus mewaspadai pengaruhnya kepada kinerja ekspor kita ke depan,” sambungnya.
Di sisi impor, sampai November 2022 jumlah nilai impor Indonesia mencapai US$18,96 miliar, atau terkontraksi sebesar 1,9% secara yoy, dan 0,9% mtm, dan bertumbuh 24,5% secara ytd. Berangkat dari catatan itu, neraca perdagangan ekspor dikurangi impor untuk merchandise barang mencapai surplus senilai US$5,16 miliar. Kontribusi ekspor yang lebih besar daripada impor ini memberikan kontribusi terhadap growth Indonesia.
“Ini adalah suatu surplus selama tiga bulan berturut-turut. Kalau kita hitung untuk 2022 saja, Januari-November surplus neraca perdagangan kita mencapai US$. 50,59 miliar. Ini lebih besar dibandingkan tahun lalu yang juga sudah mengalami surplus Januari-November sebesar US$34,41 miliar,” ungkapnya.
Menurut Sri, indikator perekonomian nasional masih terpantau sehat dan kuat. Konsumsi masyarakat masih berada pada level yang sehat dan kuat. Indeks keyakinan konsumen sebesar 119,1, Menjelang akhir tahun ini, Sri meyakini level tersebut akan mengalami penguatan. Sementara, Mandiri Spending Index untuk konsumsi credit card juga menunjukkan tren kenaikan sebesar 130,8 per November 2022.
“Dan ini pastinya kita harapkan akan tetap momentumnya terjaga sampai akhir tahun di mana aktivitas menjelang akhir tahun dan libur Natal dan Tahun Baru pasti akan meningkatkan juga aktivitas dari spending,” katanya.
Daya beli masyarakat masih tetap terjaga, di mana Indeks Penjualan Ritel tumbuh sebesar 1,6%, disusul konsumsi listrik masih positif sebesar 13,5%. Namun, konsumsi listrik untuk kelas industri mengalami terkontraksi sebesar minus 1,4%.
Besarnya konsumsi masyarakat juga tergambar dalam capaian penjualan kendaraan bermotor. Sri menyebut, penjualan mobil secara ritel naik sebesar 3,7%, sedangkan penjualan untuk sepeda motor melonjak hingga 26,9%.
Artinya, kelompok kelas menengah masih memiliki daya beli dan kemauan untuk membeli produk/jasa. Hal tersebut diyakini Sri akan mendukung pertumbuhan ekonomi nasional, terutama pada kuartal IV/2022.
Sebagai informasi, berangkat dari proyeksi yang diterbitkan lembaga keuangan internasional seperti International Monetary Fund (IMF) pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2022 ditaksir sebesar 5,3%, Bank Dunia sebesar 5,2%, Asian Development Bank (ADB) sebesar 5,4%, Bloomberg Consensus sebesar 5,3%, dan Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) sebesar 5,3%. (*)
Penulis: Ranu Arasyki