Ivan Nestorman, Musisi Jazz Neotradisional ‘Cita Rasa Rakyat’ Bikin Penonton Larut Terkesima di GAIA Music Festival

Bandung— Unik dan memiliki ‘cita rasa rakyat’, itulah frasa yang setidaknya menggambarkan sosok Ivan Nestorman saat tampil dalam GAIA Music Festival yang dilangsungkan di Hotel GAIA, Sabtu (3/8/2024).

Dalam setiap sentuhan liriknya, musisi Neotradisional asal Flores, Nusa Tenggara Timur ini berhasil memanjakan telinga penonton lewat suaranya yang bright.

Ditambah, lewat petikan gitar, pukulan perkusi, dan tiupan seruling, Ivan Nestorman mampu mengajak penonton terhanyut dalam atmosfer sendu bercampur kebahagiaan.

Tak lupa, sesekali ia menyapa penonton dan mengajak mereka ikut bernyanyi.

“Jadi memang beberapa tahun terakhir ini saya mengembangkan cara bermusik yang melibatkan audience. Makanya saya buat reff yang tidak sukar sehingga mereka bisa sing along. Jadi tadi terbukti orang bisa gampang sekali menyanyikan lagu. Dan saya melihat mereka sangat antusias,” ungkap Ivan kepada The Asian Post.

Ivan Nestorman membawakan 11 lagu. Mulai dari Sangaiii, Kondo The Bird, Dance in 78, One Limen, Mori Sambe, Benggong. Kemudian, Awo Flores, Anaritin teo, Gego Lau Le, Mataleso, dan terkahir Mogi.

Beberapa lirik lagu berbahasa Flores yang dibawakan Ivan Nestorman mengandung makna yang begitu dalam.

Seperti lagu Mataleso yang menggambarkan kekuatan rasa cinta seseorang kepada pasangannya.

Wanita yang dicintai dalam lirik ini diibaratkan sebagai matahari, purnama, dan embun pagi. Pria di dala lagu ini bersumpah setia tidak berbagi hati kepada yang lain.

Ada pula lagu Benggong yang berasal dari lagu rakyat Manggarai.

Syair yang tertuang dalam lagu Benggong memiliki latar belakang sejarah yang panjang menggambarkan penderitaan dan kepasrahan rakyat di masa penjajahan.

Sebuah ajakan bercermin dalam bingkai sejarah untuk mengingatkan kembali kepiluan yang dialami rakyat manggarai di masa lalu.

“Tentu dia harus berangkat dari DNA identitas dulu. Itu benang merahnya. Saat saya mengangkat musik daerah, dengan pengetahuan jazz yang saya punya itu menjadi flavour terhadap itu sehingga sajiannya tetap enak. Ibaratnya saya pisang bakar sedangkan jazz itu adalah kejunya,” sambungnya.

Ivan Nestroman mengaku bangga bisa mengangkat jazz etnik NTT dalam GAIA Music Festival tahun ini.

Menurut Ivan Nestorman, musik jazz bernuansa etnik sejatinya memang harus dikedepankan untuk mengingatkan generasi muda akan pentingnya menjaga nilai-nilai seni kedaerahan.

Pun, orang luar akan mengetahui bahwa Indonesia teryata memiliki kekayaan lagu rakyat yang berlimpah.

“Saya juga pada awal berkarir sangat suka jazz, bahkan jazz banget. Tapi kemudian ada tuntutan bahwa kita jangan lupa mengangkat multi-musik daerah, macam NTT juga kaya. Dan itu pintar-pintarnya pemusik meng-combine itu supaya sajiannya itu universalitas rasa,” ungkap Ivan Nestorman .

Penonton menyaksikan penampilan Ivan Nestorman dari jarak dekat di GAIA Music Festival (Foto: Dok. AP)

Meski di setiap lirik banyak berbahasa NTT, namun syair-syair itu dikemas secara apik agar dapat diterima oleh banyak orang.

Sehingga, musik yang disajikan Ivan Nestorman tidak menggambarkan primordialisme, tapi berbuah menjadi musik universalitas yang dan easy listening.

“Jadi meski pun kita menyajikan musik daerah, tapi ketika kita pentas di Eropa, Amerika orang-orang di sana masih milenial friendly. Bukan yang klang-klang yang bikin orang bingung dan pusing,” sebutnya.

Perlu diketahui, GAIA Music Festival merupakan salah satu program andalan dari The Gaia Hotel untuk mewujudkan pengalaman tamu.

Para tamu tua maupun muda dapat menemukan entertainment, penyegaran, dan inspirasi dalam kenyamanan fasilitas The Gaia Hotel Bandung melalui musik.

Sebelumnya, Rezka M Wildhan, Chairman GAIA Music Festival berujar, di tahun ini pihaknya mengusung tema Total Enjoyment. Suguhan musik disajikan tanpa ada sekat dengan para musisi.

Jadi, di GAIA Music Festival, penonton yang hadir masuk dalam bagian performance yang membawa suasana acara menjadi lebih hidup. (*) Ranu Arasyki Lubis

GAIA Music FestivalIvan Nestormanjazz etnikJazz GunungJazz in The Valleymusisi jazz senior
Comments (0)
Add Comment