Jakarta— Israel telah menggempur Jalur Gaza selama tiga hari berturut-turut dan membunuh militer dan penduduk Palestina yang berada di kawasan tersebut.
Pihak bersenjata Israel juga memblokade jalur logistik, makanan dan air, setelah Hamas melakukan serangan terbesar terhadap negara tersebut setelah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan negaranya sedang berperang setelah serangan terburuk dalam beberapa dekade.
Keputusan untuk memutus pasokan listrik, air dan bahan bakar ke Gaza, yang telah dikepung Israel selama 16 tahun, telah dikutuk oleh PBB sebagai hukuman kolektif.
Dilansir dari Ajazeera, sejumlah tentara Israel mengatakan, sekitar 100.000 tentara cadangan telah berkumpul di dekat pagar Gaza.
Sementara lebih dari 100.000 warga Palestina di Gaza telah mengungsi dan ribuan lainnya berlindung di sekolah-sekolah PBB ketika serangan Israel semakin meningkat.
Gedung-gedung, masjid-masjid dan kantor-kantor telah menjadi sasaran ketika Netanyahu menjanjikan “balas dendam yang besar” atas serangan-serangan mematikan yang sebelumnya menimbulkan gelombang kejutan di seluruh Israel.
Gambaran mengerikan tampak dari jalur Gaza di mana 19 anggota keluarga tewas saat serangan udara Israel berlangsung pada hari Minggu menghantam bangunan tempat tinggal mereka.
Lebih dari 60% penduduk Gaza adalah pengungsi yang secara etnis telah diusir dari rumah mereka yang saat ini berada di Israel.
Hingga pukul 08.00 waktu setempat, Kementerian Kesehatan Palestina, Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina dan Layanan Medis Israel telah mengumumkan jumlah korban jiwa yang dialami kedua belah pihak. Jika dilihat, Israel menderita korban jiwa yang cukup besar selama perang berlangsung. Namun, angka tersebut bisa berubah sewaktu-waktu.
Korban Jalur Gaza
Terbunuh: Setidaknya 704 jiwa
Terluka: Sekitar 4.000 jiwa
Wilayah Pendudukan Tepi Barat
Terbunuh: Setidaknya 17 jiwa
Cedera: Setidaknya 90 jiwa
Israel
Tewas: Lebih dari 900 jiwa
Terluka: Setidaknya 2.600 jiwa. (*) RAL