By Darto Wiryosukarto
Jakarta – Dalam waktu dekat 10 negara anggota Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) akan menjadi partner terbesar Republik Korea atau Korea Selatan (Korsel). Hal ini diungkapkan oleh Dubes RI untuk Korsel Umar Hadi.
“Setidaknya, ada tiga unsur yang saling melengkapi (compatibility) antara Korea Selatan dan ASEAN,” ujar Umar Hadi dalam webinar internasional “ASEAN-Korea Cooperation Upgrade, Focusing on the New Southern Policy” di Jakarta, kemarin.
Pertama, kompatibilitas di bidang sumber daya. ASEAN dan Korsel memiliki semua sumber yang dibutuhkan untuk membangun rantai nilai (chain values) sendiri. Dari sumber daya alam, sumber daya manusia, sampai kapital dan teknologi.
Kedua, kompatibilitas demografi. Kedua kawasan berada pada waktu yang tepat untuk menciptakan solusi atas isu aging society di Korsel, dan di saat bersamaan isu penciptaan lapangan kerja untuk anak-anak muda ASEAN.
Ketiga, kesamaan visi transformasi yang dimiliki pemimpin-pemimpin ASEAN dan Korsel.
“Saya yakin tahun 2020 akan dikenang tidak hanya karena pandemi global Covid-19 dan penderitaan yang dibawanya untuk banyak orang, tetapi yang lebih penting akan dikenang sebagai fajar bagi transformasi besar,” ujarnya.
Kata Umar Hadi, faktor pendorong utama ke arah transformasi besar ini adalah inovasi. Hubungan ASEAN dan Korsel yang lebih dekat akan menciptakan kekuatan baru inovasi dan teknologi.
Sementara itu, Kepala Misi Korsel untuk ASEAN, Dubes Lim Sungnam, mengatakan, Asia Tenggara dan negara-negara anggota ASEAN memiliki arti penting bagi Korsel. Hubungan Korsel dengan kawasan ini dimulai pertama kali melalui ASEAN-ROK Partnership Dialogue yang diselenggarakan November 1989.
Kualitas hubungan itu meningkat dari tahun ke tahun dan semakin signifikan setelah dalam kunjungan ke Jakarta di bulan November 2017 Presiden Moon Jaein mengumumkan kebijakan baru yang diberi nama New Southern Policy (NSP).
Dengan kebijakan ini, Korsel ingin meningkatkan kualitas hubungannya dengan India dan Asia Tenggara sehingga memiliki kualitas yang sama seperti hubungan Korsel dengan mitra tradisional mereka, yakni Republik Rakyat China, Jepang, Amerika Serikat, dan Federasi Rusia.
“Indonesia selalu menjadi panggung utama (center stage) NSP. Jakarta, di mana Sekretariat ASEAN berada, merupakan Ibukota ASEAN. Bukan sebuah kebetulan, Presiden Moon Jaein mendeklarasikan NSP di Jakarta tiga tahun lalu,” ujar Lim Sungnam.
Dia menambahkan, NSP berhasil meletakkan dasar yang lebih kokoh untuk kemitraan ASEAN dan Korsel. Sebagai contoh, tahun lalu volume perdagangan ASEAN dan Korsel tercatat lebih dari 150 miliar dolar AS. Korsel menjadi partner dagang terbesar kelima bagi ASEAN, sementara ASEAN adalah parner dagang terbesar kedua bagi Korsel.
ASEAN sendiri resmi dibentuk pada 8 Agustus 1967 di Bangkok, Thailand. ASEAN pertama kali dibentuk oleh 5 negara Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand dengan menandatangani Deklarasi Bangkok.
Kini anggota ASEAN menjadi 10 negara setelah masuk negara Vietnam, Laos, Brunei Darrusalam, Kamboja, dan Myanmar.
Timor Leste sudah mengajukan diri untuk menjadi negara ke-11 anggota ASEAN pada tahun 2011 silam. Pengajuan tersebut masih di bahas di internal organisasi. (*)