Jakarta – Peran industri keuangan dalam mendukung penerapan transisi energi hijau sangat krusial saat ini. Bagaimana tidak, industri keuangan adalah industri yang bersinggungan langsung dalam aktivitas keuangan perusahaan.
Salah satu sektor keuangan yang juga memainkan peran penting ini ialah, sektor asuransi. Sektor asuransi, bersama dengan sektor industri keuangan lainnya, turut memberikan kontribusi besar dalam mewujudkan ekosistem bisnis berkelanjutan.
Wakil Ketua Umum Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI), Muhammad Iqbal mengungkapkan beberapa layanan yang industri asuransi miliki saat ini untuk menjamin program atau lini bisnis yang mendukung konsep berkelanjutan.
Pertama, ada asuransi proyek energi terbarukan. Iqbal menekankan bahwa industri asuransi berkomitmen untuk memberikan perlindungan atas risiko-risiko yang berpotensi muncul dari proyek-proyek berkelanjutan yang ada.
“Beberapa kawan kami juga sudah mulai mendukung proyek-proyek yang berkaitan dengan PLTS, PLTB, PLTA mini, bioenergy, dan seterusnya, sebagai support dari sisi risiko yang kemungkinan bisa terjadi dari proyek-proyek tersebut,” ujar Iqbal dalam forum diskusi bertema “Synergizing Energy, Finance, & Agribusiness for a Greener Future” yang diadakan Infobank Media Group dan Kemenpora di Double Tree by Hilton Bintaro Jaya, Tangerang Selatan, Banten, Jumat, 31 Oktober 2025.
Kedua, ada asuransi pertanian dan agribisnis hijau. Salah satu bentuk layanan dalam asuransi pertanian dan agribisnis hijau ini ialah Produk Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) dan Asuransi Usaha Ternak Sapi (AUTS).
“Terutama, yang berkaitan dengan asuransi usaha ternak sapi ini. Satu, dua anggota kita sudah mulai bisa meng-cover apa yang terjadi di sisi peternakan sapi,” ungkap Iqbal.
Iqbal menerangkan lebih lanjut bahwa pihaknya saat ini juga menjalin kolaborasi dengan United Nations Development Programme (UNDP) dalam melakukan penelitian di bidang asuransi mikro, khususnya pertanian.
“Karena kalau mindset asuransi pertanian itu biasanya yang ada di pikiran kita adalah proses pembiayaannya saja, tapi sebenarnya tak hanya itu. Ada misalnya wilayah itu adalah tak ada hujan atau memang ada hujan. Nah, itu sudah mulai kita bisa lakukan assessment terkait hal tersebut,” jelasnya.
Selain itu, ia juga mengatakan jika industri asuransi mendukung pengelolaan investasi atau premi yang dibayarkan nasabah ke aset-aset yang bersifat green energy.
“Jadi, kalau dulu kami memburu saham yang bluechip dan seterusnya, sekarang kita sudah mulai masuk ke seri-seri green energy,” sambung Iqbal.
Di luar itu semua, ia mengatakan bahwa sektor asuransi bersama-sama dengan sektor keuangan lainnya juga terus mengimplementasikan skema co-financing dalam membiayai proyek-proyek energi bersih.
Data sharing pun terus dilakukan dan diperkuat, dalam rangka menganalisa risiko yang dapat muncul dari proyek yang ada.
“Terakhir adalah terkait edukasi publik soal ESG. Ini sudah mulai dimasukkan ke seluruh kurikulum pendidikan di industri asuransi,” tukas Iqbal. SW