Indonesia dan Gerbong Normalisasi dengan Israel

Jakarta – Sejak menjabat pada 20 Januari 2017, Presiden Amerika Serikat Donald Trump seolah sudah meluncurkan kereta cepat normalisasi hubungan dengan Israel. Amerika dan Israel menjadi lokomotif.

Beragam terobosan dia lakoni seolah membunyikan klakson kereta. Klakson paling keras suaranya adalah pengakuan Yerusalem sebagai ibu kota Israel diikuti dengan pemindahan Kedutaan Besar Amerika dari Ibu Kota Tel Aviv ke kota suci bagi tiga agama itu, hingga penetapan semua permukiman Yahudi di Tepi Barat tidak melanggar hukum internasional.

Jelang lokomotif pensiun, dalam empat bulan sejak Agustus sudah empat gerbong normalisasi ikut: Dimulai dari Uni Emirat Arab (UEA), disusul Bahrain, Sudan, dan semalam Maroko. Alhasil, sudah empat enam negara Arab sepakat membina hubungan diplomatik dengan Israel setelah Mesir pada 1979 dan Yordania di 1994.

Setelah penandatanganan Perjanjian Ibrahim antara UEA dan Israel pada 15 September di Gedung Putih, Ibu Kota Washington DC, Amerika, Trump mengklaim ada sepuluh negara Arab dan muslim siap bergabung.

Seorang sumber diplomatik Israel mengungkapkan kepada stasiun televisi Channel 12, pembicaraan mengenai normalisasi juga sedang berlangsung dengan sejumlah negara muslim di Asia dan Afrika. Indonesia bisa jadi salah satunya.

Tentu bukan hal mengejutkan. Israel gencar melakukan pendekatan kepada Indonesia. Selain lewat jalur resmi, juga mengundang tokoh masyarakat, agama, cendekiawan, dan wartawan untuk datang mengunjungi negara Bintang Daud itu. Israel juga memiliki laman Facebook berbahasa Indonesia.

headlineindonesiaInternationalisrael
Comments (0)
Add Comment