Hariman Siregar Sebut Jokowi Paling Kasar Menabrak Aturan, Minta Prabowo Bersikap Akuntabel

Jakarta– Sejak proklamasi kemerdekaan, demokrasi telah menjadi bagian penting dari perjalanan bangsa Indonesia. Namun, sampai saat ini kedaulatan rakyat dan kesejahteraan sosial belum sepenuhnya terwujud disebabkan Indonesia belum memiliki presiden yang benar-benar akuntabel.

Pernyataan tersebut disampaikan Aktivis Senior Hariman Siregar di acara HUT Indonesian Democracy Monitor (Indemo) ke-25 bertema “Demokrasi yang Kita Mau” di Hotel Green Forest Bogor, Rabu (15/1/2025).

Hariman Siregar menilai, presiden yang akuntabel berarti mampu mengemban tanggung jawab atas kepercayaan yang diberikan rakyat. Ia harus menjunjung kejujuran, disiplin, dan berintegritas tinggi. Presiden Prabowo Subianto diharapkan dapat menjadi sosok leader yang benar-benar akuntabel.

“Presiden Prabowo sekarang harus menjawab tantangan ini. Jangan lagi terjebak pada pola-pola lama yang hanya menambah beban rakyat. Tanpa akuntabilitas, bangsa ini tidak akan beranjak ke arah yang lebih baik,” terangnya.

Aktivis Peristiwa Malapetaka Lima Belas Januari 1974 (Malari) ini juga menekankan bahwa Prabowo harus lebih baik dibandingkan Presiden sebelumnya, Joko Widodo. Ia khawatir dengan gaya kepemimpinan Jokowi yang cenderung melanggar berbagai aturan dan kebijakan.

“Saya sebetulnya sama Pak Jokowi gak ada masalah. Tapi saya ini takut, pak Jokowi ini jahat, semua dia langgar. Dan sampai hari ini ngapain dia masih cawe-cawe,” katanya.

Ia menilai bahwa Jokowi paling kasar dalam menabrak semua aturan dan undang-undang.

“Saya pikir ada perubahan, ada demokrasi. Jokowi ini jahat semua dia ditabrak, semua dilangkahi. Sampai hari ini ngapain masih cawe-cawe,” jelas Hariman

Karenanya, lanjut Hariman, penting bagi Prabowo untuk membersihkan pengaruh-pengaruh masa lalu yang menjadi hambatan, termasuk dari era pemerintahan Jokowi. Menurutnya, tanpa pemimpin yang akuntabel, demokrasi akan kehilangan makna.

“Ini saatnya bagi Presiden Prabowo untuk membuktikan bahwa ia mampu membawa perubahan yang diharapkan rakyat,” terangnya.

Hariman Siregar telah dikenal luas sebagai saksi dan pelaku peristiwa tragis Malari pada 15 Januari 1974. Demonstrasi berdarah ini terjadi sebagai respons dari mahasiswa untuk menentang kebijakan investasi Jepang yang dinilai merugikan Indonesia.

Akibatnya, pergolakan besar terjadi hingga menimbulkan korban jiwa sebanyak 11 orang, 137 orang luka-luka, dan 750 orang lainnya ditangkap. Aktivis mahasiswa Hariman Siregar dimasukkan ke penjara pada 23 Desember 1974 dan dituduh sebagai dalang dibalik peristiwa Malari. (*) RAL

Gibran Rakabuming RakaHariman SiregarJokowiPrabowo Subianto
Comments (0)
Add Comment