Jakarta — Jumlah pengganggur di Indonesia dalam setahun terakhir bertambah 83,45 ribu orang menjadi 7,28 juta orang atau 4,76 persen dari total populasi per Februari 2025.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Amalia Adininggar Widyasanti, melaporkan, jumlah orang yang menganggur per Februari meningkat 1,11 persen dibanding Februari 2024.
Pengangguran yang dimaksud BPS yakni penduduk usia 15 tahun ke atas yang tidak bekerja namun sedang mencari pekerjaan; mempersiapkan usaha baru; sudah diterima bekerja/sudah siap berusaha tetapi belum mulai bekerja/berusaha; atau merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan (putus asa).
Istilah yang dipakai BPS yakni Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT), yang merupakan indikator untuk mengukur tenaga kerja yang tidak terserap oleh pasar kerja dan menggambarkan kurang termanfaatkannya pasokan tenaga kerja.
LAKI-LAKI NGANGGUR LEBIH BANYAK
Penganggur laki-laki lebih banyak dibanding perempuan. Rinciannya, penganggur laki-laki sebesar 4,98%, lebih tinggi dibandingkan perempuan yang sebesar 4,41%.
Tingkat pengangguran laki-laki mengalami peningkatan 0,02 poin, sedangkan tingkat pengangguran perempuan turun 0,19 poin dibandingkan Februari 2024.
Berdasarkan kelompok umur, usia muda di bawah 24 tahun menyumbang TPT tertinggi. Sementara yang terendah yakni kelompok usia tua di atas 60 tahun. Berikut data per kelompok umurnya.
Rinciannya: kelompok umur muda (15-24 tahun) sebanyak 16,16 persen, kelompok umur 25 sampai 59 tahun sebanyak 3,04 persen, dan kelompok 60 tahun ke atas sebanyak 1,67 persen.
ORANG KOTA NGANGGUR LEBIH BANYAK
Data BPS juga menunjukkan bahwa per Februari 2025, tingkat pengangguran di wilayah perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan di perdesaan.
TPT Perkotaan mencapai 5,73 persen, sedangkan TPT perdesaan sebesar 3,33 persen.
Jika dibandingkan dengan data Februari 2024, TPT perkotaan mengalami penurunan 0,16 persen poin. Begitu juga dengan TPT perdesaan yang turun sebesar 0,04 persen poin.
MASUK ORMAS JADI GENG BERSENJATA
Kenaikan angka pengangguran ini dikomentari oleh penggiat media sosial Denny Siregar. Menurut Denny, angka ini menjawab pertanyaan kenapa jumlah anggota ormas makin banyak.
“Inilah sebab kenapa makin banyak yang gabung ormas,” tulis Denny di akun IG-nya, Selasa (6/5).
Dia khawatir, kalau tidak segera dicarikan solusi, bisa-bisa Indonesia seperti Haiti. “Negara dikuasai geng bersenjata,” ujarnya. DW