Oleh: KH Sonhaji, S.Ag., MM, Pimpinan Majelis Taklim Nurul Falah Haromain
Jakarta— Perintah salat, bersuci, puasa, dan berhaji ternyata sudah ada sebelum zaman Nabi Muhammad SAW. Umat Nabi terdahulu juga menjalani ibadah itu.
Hanya saja, ada perbedaan teknis pelaksanaannya. Sebab, perintah Allah SWT memang berbeda. Di sinilah terasa, Allah begitu mengistimewakan umat Muhammad.
Perintah salat, misalnya. Sejak Adam turun ke bumi, dia sudah diperintahkan untuk salat dan memohon ampun atas dosa pertama yang dilakukan manusia: memakan buah kuldi.
Atas bimbingan Malaikat Jibril, dari India tempat dia diturunkan, Adam disuruh jalan ke Bakkah. Beberapa ahli merujuk kata Bakkah sebagai Makkah di Arab Saudi.
Adam diminta salat dan bertobat di Bakkah. Di sinilah muncul fakta bahwa, Baitullah sejatinya telah dibangun sebelum zaman Nabi Ibrahim. Bahkan, sebelum Adam turun ke bumi.
“Sesungguhnya rumah (ibadah) pertama yang dibangun untuk manusia, ialah (Baitullah) yang di Bakkah (Makkah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi seluruh alam.” (QS Ali Imran: 96)
QS Al-Baqarah Ayat 127 juga menjelaskan bahwa Ibrahim dan Ismal bukanlah pendiri pertama Kakbah, tapi hanya melakukan renovasi (meninggikan pondasi) setelah mengalami kerusakan saat banjir di masa Nabi Nuh.
“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan dasar-dasar (pondasi) Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa): Ya Tuhan kami terimalah amalan kami, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
Allah juga memerintahkan salat kepada umat Nabi Isa AS. “Dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku salat dan zakat selama aku hidup.” (QS Maryam: 31)
Namun, umat Isa hanya boleh salat di dalam tempat khusus bernama mihrab, tidak boleh dikerjakan di sembarang tempat. Mereka juga tidak boleh bersuci dengan debu atau tayamum, harus dengan air.
Bagaimana salat yang diperintahkan Allah kepada umat Muhammad SAW? Boleh di mana saja. Pun bersuci, bisa dengan debu.
“Telah dijadikan tanah seluruhnya untukku dan umatku sebagai masjid dan pensuci. Di mana pun salat menemukan seseorang dari umatku, maka dia punya masjid dan media untuk bersuci. (HR Ahmad)
Umat Nabi terdahulu juga menjalani perintah puasa. “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa. (QS Al-Baqarah: 183)
Namun, puasa umat terdahulu berbeda dengan puasa umat Muhammad. Umat Nabi Daud AS, misalnya, diwajibkan puasa seumur hidup, setiap dua hari sekali, berselang-seling. Kita mengenalnya sebagai puasa Nabi Daud.
Sementara, puasa umat Muhammad yang diwajibkan hanya satu bulan saja dalam setahun, yaitu di bulan Ramadan.
Masya Allah! Meski hanya sebulan, Puasa Ramadhan ini penuh dengan limpahan berkah dan ampunan dari Allah.
Demikian juga ritual berhaji. Ketika Adam sampai ke Bakkah, dia juga disuruh untuk thawaf (mengeliligi) Baitullah laiknya ibadah haji di zaman Muhammad.
Bedanya, umat terdahulu thawaf bisa sampai 40 kali. Sementara, umat Muhammad diperintahkan hanya 7 kali.
Di sinilah umat Islam mesti bersyukur karena diberi kemudahan dan keistimewaan dibandingkan umat-umat Nabi terdahulu. Semoga kita termasuk golongan orang-orang yang pandai bersyukur.
Wallahu a’lam bishawab. (DW)
*) Disampaikan pada Tausyiah Subuh di Masjid Muhajirin Catalina, Tangerang, Minggu, 2 April 2023