Oleh: Juhaedi Abdullah, S.Ag., Mantan Bimas Departemen Agama RI
Jakarta— Orang berilmu dalam Islam memiliki kedudukan yang tinggi. Dalam QS Al-Mujadalah Ayat 11, Allah SWT meninggikan beberapa derajat hamba-Nya yang memiliki ilmu.
Beberapa hadits lebih rinci lagi menjabarkan keutamaan orang yang berilmu. Saking utamanya, “Barang siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR Muslim)
Hal ini dipertegas lagi dengan Hadits Riwayat Tirmidzi, “Barangsiapa yang keluar untuk menuntut ilmu, maka ia berada di jalan Allah hingga ia pulang.”
Sungguh mulianya ilmu, dan orang-orang yang berilmu. Bahkan, saking spesialnya posisi ilmu, Rasulullah SAW menjadikan ilmu sebagai kunci sukses, dunia – akhirat.
“Barang siapa yang hendak menginginkan dunia, maka hendaklah ia menguasai ilmu. Barangsiapa menginginkan akhirat hendaklah ia menguasai ilmu, dan barang siapa yang menginginkan keduanya hendaklah ia menguasai ilmu.” (HR Ahmad).
Itulah mengapa, Allah menjadikan bulan Ramadhan, salah satunya, sebagai Syahrut Tarbiyah. Bulan Pendidikan. Bulan di mana Allah memberikan pendidikan langsung kepada umatnya, melalui puasa.
Banyak ilmu yang dicurahkan Allah melalui Puasa Ramadhan. Dengan harapan, setelah mendapat pendidikan, melalui puasa, umat-Nya akan semakin baik: ibadahnya, perilakunya, dan kehidupannya.
Pertanyaannya sekarang? Setelah beberapa hari ini menjalani puasa, apakah ibadah kita semakin baik? Apakah kita semakin rajin salat berjamah ke masjid?
Jawab masing-masing, apakah ibadah kita semakin baik atau tidak? Kita lihat saja, waktu awal-awal salat Tarawih, jamaahnya sampai ke halaman depan. Sekarang, setelah sepekan puasa, saya lihat jamahnya semakin mengalami “kemajuan”.
Apakah setelah berpuasa Ramadhan, perilaku dan kehidupan kita juga lebih baik?
Jawab masing-masing. Mulai dari yang terkecil, kehidupan di rumah tangga. Apakah suami-istri perilakunya masih seperti awal-awal membangun rumah tangga: mau makan disiapin, mau minum diambilin?
Lebih baik atau lebih buruk perilakunya? Jawab sendiri-sendiri.
Bagaimana pula lingkungan rumah tinggal kita? Apakah semakin baik juga? Sebab, lingkungan juga sangat mempengaruhi baik-buruknya kehidupan seseorang.
Lantas, bagaimana pula dengan perilaku pemerintahan sekarang? Apakah masih saja ada korupsi, meski Pak Presiden Jokowi telah mewanti-wanti, agar jangan korupsi? Kalau masih saja ada korupsi, rusaklah negara ini.
Jika ibadah kita, perilaku kita, dan kehidupan kita tidak lebih baik, berarti kita belum dapat ilmu Puasa Ramadhan.
Siapa yang salah? Jangan cari kambing hitam. Mari kita melihat diri kita masing-masing. Instrospeksi diri. Selalu memperbaiki diri. Kehidupan dan perilaku yang baik harus dimulai dari lingkungan terkecil: keluarga.
Semoga kita selalu berada di jalan-Nya. (DW)
*) Disarikan dari Tausyiah Tarawih di Masjid Al Mujahirin Catalina, Gading Serpong, Tangerang, Kamis, 30 Maret 2023