Duh! Anak-Anak Korban Banjir Kayu Gelondongan Dipaksa Menderita oleh Negara

Jakarta – Air mata di Aceh belum reda. Hingga Minggu (14/12) malam dilaporkan 430 orang meninggal dunia, 32 orang hilang, 3.845 orang luka berat, dan 474 orang luka ringan.

Warga terdampak mencapai 518.724 kepala keluarga (KK) atau 1.984.018 jiwa. Dan, ini yang membuat air mata tak kunjung reda: sebagian dari mereka adalah anak-anak dan balita tak berdosa.

“Mereka tak tahu apa-apa. Bahkan, dalam ketakutan teramat sangat, mereka tidak tahu kalau ayah ibunya sudah tak ada,” ujar Nury Sybli, aktivis perempuan dan pemerhati anak, kepada The Asian Post, Selasa (16/12).

Mereka tak seharusnya menderita, jika negara hadir di sana. “Mereka dipaksa menderita oleh (ketidakhadiran) negara di sana,” tegas Nury.

Nury tak tinggal diam. Pagi ini dia berkirim surat ke Marlina Usman. Wanita yang biasa disapa Kak Ana itu adalah istri Panglima Gerakan Aceh Merdeka (GAM) Muzakir Manaf (Mualem) yang kini jadi Gubernur Aceh.

Begini petikan suratnya:

Dear kak Ana.

Salam kenal. Saya Nury Sybli, pemerhati anak dan aktivis. Saya juga wartawan.

Izin ingin menyampaikan kegelisahan tentang keadaan bencana di Aceh.

Setiap hari saya melihat luka batin anak-anak yang rasanya masih bisa kita obati bersama. Jika berkenan, saya usul.

Bayi yang tidak ada orang tuanya, anak-anak yang tidak ada ibu/ayah, ibu-ibu hamil, dan ibu-ibu renta di mana pun berada di wilayah bencana, segera dievakuasi di tempat aman. Kantor Gubernur sangat pas dan tepat untuk jadi posko perlindungan anak dan perempuan.

Mereka harus mendapatkan perhatian khusus, gizi, kesehatan fisik, dan kesehatan mental, terutama anak dan bayi dalam kandungan.

Mohon disegerakan.

Saya percaya akan banyak volunteer/relawan dan dermawan yang siap membantu. Saya pribadi siap bantu, Kak Ana.

Organisasi manapun di dunia, penyelamatan utama dan pertama adalah pada anak dan perempuan. Karena perempuan adalah pemilik tunggal rahim, tempat mula manusia tumbuh. Dan, anak-anak pemegang tongkat masa depan dunia.

Mohon perhatian surat ini sebelum semuanya terlambat dalam kerusakan dan penyesalan.

Saya percaya Kak Ana bisa dan mengerti.

Salam Hormat untuk semua yang bergerak untuk kemanusiaan, terlebih Mualem dan Kak Ana.

Nury Sybli. (DW)

banjirbanjir sumatrapembalakan liar
Comments (0)
Add Comment