Co-Founder MKP Ungkap Kiat Hadapi Badai PHK Startup

Jakarta— Jumlah start up yang gagal di tahun ini diprediksi akan terus bertambah.

Menurut penelitian para ahli, lay off dan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) disebabkan inflasi dan ancaman resesi ekonomi global yang memaksa para start up mengambil sikap efisiensi hingga akhir tahun 2023.

PT Mitra Kasih Perkasa (MKP) yang dikenal sebagai the most reliable traffic intelligence company berhasil menunjukkan ketangguhannya melewati badai lay off selama tiga tahun terakhir.

Bahkan hingga kini MKP mengepakkan sayap lebih luas ke seluruh pelosok Nusantara, mencakup lebih dari 200 lokasi.

Prestasi perusahaan yang telah menjadi mitra resmi Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif ini terus meroket dengan total processing value lebih dari Rp2 triliun dengan total traffic transactions lebih dari 500 juta.

Menanggapi peningkatan kasus lay off secara global, Anggraeni Kasih COO sekaligus co-Founder MKP menjelaskan, bagi perusahaan yang melakukan lay-off tidak akan menimbulkan isu selama perusahaan melakukan kewajibannya sesuai dengan Undang-Undang Ketenagakerjaan.

“Terkadang top management harus mengambil keputusan yang berat demi menyelamatkan satu perusahaan, yang terdiri dari keberlangsungan bisnis dan integrasi dengan mitra maupun pemegang saham,” ungkapnya.

Sebagai profesional yang berpengalaman di lingkup Human Capital, MKP mengambil strategi dengan memastikan setiap individu dibalik MKP adalah pribadi yang tepat.

Nobles, yang merupakan sapaan team MKP, memperoleh penempatan sesuai dengan passion dan bidang kompetensi masing-masing.

“Kami memastikan setiap Nobles memiliki dreams yang sama dengan MKP, sehingga setiap Nobles dapat tumbuh besar bersama-sama dengan MKP.

Ia memastikan bahwa MKP memiliki tim yang compact dan competence, sehingga para tim berjuang dan belajar dari kegagalan.

Ia menilai, setiap Nobles adalah aset bagi perusahaan dan bukan cost center, apalagi business model MKP berfokus pada traffic intelligence system.

“Sehingga kami membutuhkan orang-orang yang berani bermimpi besar dan berjuang bersama untuk mencapai tujuannya bersama dengan MKP,” tambahnya.

Dengan tiga strategic business unit (SBU) yang saling bersinergi satu sama lain, yaitu MKP E-Ticketing, MKP Mobile, dan APPS2Pay, MKP selalu melihat masa-masa krisis sebagai sebuah peluang bagi perusahaan. Saat ini, product MKP sudah market fit dan memiliki business model yang dilengkapi dengan agile and exponential growth.

“Kami berkomitmen menjadi partner yang tidak hanya menjual sebuah product saja tetapi juga menjadi end to end strategic solution, yang impactful” ungkapnya.

Anggraeni menambahkan bahwa Service Level Agreement (SLA) MKP juga menjadi komitmen mendasar bagi Nobles dalam mengemban tanggung jawab kepada setiap mitra MKP.

MKP melakukan pendampingan penuh setelah implementasi, sehingga dapat menjangkau semua level, mulai dari level pelaksana atau petugas lapangan hingga ke level top management.

“Karena kami meyakini cara duplikasi terbaik adalah dengan pendampingan, dan bagi klien mereka memperoleh rasa aman dari SLA MKP,” pungkasnya.

Standar kualitas produk sekaligus pelayanan yang diberikan MKP juga telah menjadi standar kinerja bagi para Nobles.

Menyadari evolusi teknologi yang semakin massif, MKP membekali prinsip kerja bagi para pembaca Asian Post dengan core value perusahaan.

Core value MKP, yakni PROUD menjadi pondasi Nobles dalam berkarya. Ia meyakini bahwa nilai ini dapat menjadi bekal bagi kita semua dalam bekerja.

Nilai PROUD mengandung lima makna, Productive, yaitu kemampuan untuk menggunakan waktu dan upaya sebaik mungkin; Responsive, yaitu melakukan tanggung jawab sepenuh hati dengan excellent executions; Optimist yaitu memiliki positive attitude mencapai goals yang ditargetkan.

Kemudian, Unity yaitu menjadi profesional yang dapat berkolaborasi dalam memanfaatkan peluang; Discipline yaitu komitmen untuk mematuhi sistematika setiap pekerjaan yang diambil.

“Saya percaya bahwa ciptaan Tuhan tidak pernah gagal. Jadi kita tidak perlu khawatir dengan berbagai kasus lay-off bahkan PHK massal di kemudian hari. Setiap individu diciptakan dengan bakat dan minatnya masing-masing, tugas kita adalah terus mengasah diri dan tetap haus pada ilmu-ilmu baru. Vision without action is a daydream, Action without vision is a nightmare.” tutupnya. (*) RAL

Bank Maluku MalutdigitalisasiMKP e-ticketing
Comments (0)
Add Comment