Buat Rakyat Yang “Termakan” Janji Makan Gratis, Begini Anggarannya

Jakarta— Pasangan capres dan cawapres nomor urut 2 Prabowo – Gibran  berpeluang besar memenangkan kontestasi Pilpres 2024 usai memperoleh suara lebih dari 50% dari hasil hitung cepat yang dilakukan sejumlah lembaga survei.

Perolehan suara ini jauh melampaui dua kandidat lainnya, yakni Anies Baswedan – Muhaimin Iskandar, dan Ganjar Pranowo – Mahfud Md.

Sorak sorai kemangan pasangan yang digelorakan Koalisi Indonesia Maju itu turut membawa janji kampanye yang kerap digaungkan sebelumnya. Ya! makan siang dan susu gratis.

Tidak tanggung-tanggung, program ini menargetkan lebih dari 80 juta penerima manfaat dengan cakupan 100% pada 2029.

Sebelumnya, Gibran menjelaskan bahwa program itu akan dilakukan secara bertahap. Fokus awal akan menyasar daerah 3T yaitu tertinggal, terdepan dan terluar.

“Fokusnya ke area 3T dulu,” kata Gibran saat ditanya soal program makan siang gratis itu baru akan terealisasi pada 2029, ujarnya, pada Sabtu (17/2/2024).

Jika menghitung kebutuhan anggaran untuk merealisasikan program tersebut dari APBN, ‘janji manis’ ini diperkirakan akan menelan anggaran hingga Rp400 triliun.

Berdasarkan Data Pokok Pendidikan dari Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah, Kemendikbudristek, diketahui peserta didik pada tahun ajaran 2023-2024 mencapai 47,5 juta orang. Ini adalah jumlah total siswa dari jenjang kelompok bermain, taman kanak-kanak, SD, SMP, SMA, dan SMK.

Anggaran makan siang dan susu gratis dihitung berdasarkan kebutuhan jumlah siswa pra sekolah, SD, SMP, SMA, dan SMK tahun ajaran 2022/2023.

Jika harga makan siang Rp10.000-Rp30.000 per porsi dan harga susu dalam kisaran Rp3.000-Rp 5.000 per saji, maka kebutuhan anggaran selama setahun untuk program makan siang dan susu gratis sebesar Rp148,4 triliun hingga Rp399,6 triliun.

Program ini dipastikan akan memakan anggaran lebih besar lagi jika memasukkan jumlah siswa di pesantren dan MI, MTs, serta MA, baik negeri maupun swasta. Jumlah siswa yang masuk ke dalam target program ini bisa lebih dari 50 juta siswa.

Duit Rp400 Triliun Dari Mana?

Prabowo memperkirakan biaya yang diperlukan untuk melaksanakan program makan siang gratis dan susu gratis ini sekitar Rp460 triliun. Dia juga menyebut bahwa sejumlah negara, termasuk yang memiliki pendapatan perkapita lebih rendah dari Indonesia, telah melaksanakan program serupa.

“Sekitar 460 triliun lebih. Everybody will ask, uangnya dari mana? APBN sekarang, alokasi untuk Bansos itu adalah Rp493 triliun, hampir Rp500 triliun. Apakah itu tidak termasuk bantuan sosial? The answer is so easy. Apakah memberi makan anak-anak sekolah tidak termasuk bidang pendidikan?” jelas Prabowo di Ritz Carlton, Jakarta, Rabu, (31/1/2024).

Ilustrasi: Sejumlah siswa/i SD sedang menyantap makanan

Hal yang hampir mirip juga disampaikan Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran, Eddy Soeparno. Ia menyebut, kebutuhan program ini akan menelan setidaknya Rp400 triliun per tahun.

Karena itu, pihaknya akan menyiasati sejumlah cara untuk merealisasikan program itu. Salah satunya dengan memanfaatkan dana hasil ‘pangkas-memangkas’ subsidi BBM.

Nantinya, akan ada evaluasi terhadap data penerima BBM bersubsidi dan upaya untuk menyempurnakan aturan soal kriteria masyarakat yang berhak menerima subsidi energi, termasuk sanksi bagi yang melanggar.

Menurut Eddy, evaluasi itu perlu disegerakan agar subsidi lebih tepat sasaran untuk masyarakat miskin, usaha mikro-kecil, dan yayasan kemanusiaan.

”Kalau itu dilakukan, otomatis kebutuhan untuk subsidi energi menciut. Dari saat ini Rp350 triliun, misalnya, setelah dilakukan efisiensi, menjadi hanya Rp 100 triliun. Ini contoh saja. Jadi, konteksnya itu penghematan anggaran subsidi,” ujar Eddy.

Lebih Jumbo dari Sektor Lain

Porsi anggaran makan siang dan susu gratis yang dijanjikan tim Prabowo – Gibran cukup fantastis. Jika melihat total APBN 2024 sebesar Rp3.325,1 triliun, maka program ini menelan setidaknya 12% dari dana yang ada. Pun, dengan tambahan program ini, belanja negara juga akan terkerek menjadi Rp3.724,7 triliun.

Andai program ini diteruskan, kebutuhan subsidi energi bakal menciut dari Rp350 triliun menjadi Rp100 triliun. Uang yang perlu disiapkan untuk memberikan makan siang dan susu gratis ini tak jauh beda dengan anggaran untuk sektor lain. Misal, pembangunan dan perawatan infrastruktur yang mencapai Rp423,4 triliun.

Pembangunan infrastruktur sebesar Rp423,4 triliun itu digunakan untuk membangun lebih dari 5.000 unit rumah susun, 271 km jalan baru, 4.800 meter jembatan baru. Termasuk 21 lokasi bandar udara dan 36 pelabuhan penyeberangan baru.

Ironisnya, anggaran yang diberi untuk jatah sektor kesehatan ternyata lebih kecil, yakni Rp 187,5 triliun. Padahal uangnya akan digunakan untuk penyediaan bantuan operasional kesehatan kepada lebih dari 10.000 puskesmas, pembangunan puskesmas, pembangunan rumah sakit, hingga sosialisasi dan pencegahan TBC.

Pun demikian dengan anggaran untuk program-program ketahanan pangan yang hanya Rp114,3 trilun. Uang yang jauh lebih keci ini dipakai untuk menyediakan bantuan alat penangkap ikan, pembangunan jaringan irigasi. Ditambah pembangunan bendungan, hingga penyaluran subsidi pupuk, yang lebih kecil.

Subsidi energi yang dianggarkan dalam APBN 2024 juga jauh lebih kecil dari kebutuhan anggaran program makan siang dan susu gratis. Subsidi energi antara lain meliputi, penyediaan bahan bakar minyak solar dan subsidi listrik, sebesar Rp189,1 triliun.

Jika anggaran ini dipaksakan diambil dari APBN, maka seharusnya adanya peningkatan dari sisi penerimaan negara.

Di sisi lain, Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menilai, jika Prabowo-Gibran tetap ingin menjalankan kebijakan makan siang gratis, pendanaannya semestinya tidak mengambil dari anggaran belanja rutin, seperti subsidi energi.

Ia berpendapat, pemerintah harus mencari cara kreatif lain untuk mendapatkan pendanaan. Misalnya, lewat dana dari hasil putusan pengadilan yang sudah inkracht, seperti dana lelang aset BLBI.

“Opsi lain, mengejar obyek pajak baru, seperti penerapan pajak kekayaan (windfall profit tax) untuk perusahaan di sektor komoditas primer,” jelas Bhima. (*)

makan siang gratisPrabowo SubiantoPrabowo-Gibran
Comments (0)
Add Comment