BSI Jadi Pelopor Green Zakat, Integrasikan Keuangan Syariah dengan Aksi Iklim Nasional

Sorotan Utama:

  • Bank Syariah Indonesia (BSI) pelopori Green Zakat Framework, kolaborasi zakat dan lingkungan untuk capai Net Zero Emission 2060.
  • Green Zakat arahkan dana zakat ke proyek energi terbarukan, pengelolaan sampah, dan adaptasi perubahan iklim.
  • BSI perkuat posisi sebagai bank syariah ber-DNA keberlanjutan dan bagian dari ekosistem global keuangan hijau.

Jakarta – PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) terus memperluas kiprahnya dalam mendukung keuangan berkelanjutan melalui peluncuran Green Zakat Framework.

Green Zakat Frameworkmerupakan inovasi yang menggabungkan aspek sosial dan lingkungan demi mendorong transisi menuju Net Zero Emission (NZE) 2060.

“Sebagai bank syariah, kami punya kewajiban moral untuk mengedepankan inisiatif sosial. Karena itu, kami meluncurkan Green Zakat Framework sebagai bentuk kontribusi terhadap transisi hijau Indonesia,” ujar Rima Dwi Permatasari, Senior Vice President Environmental, Social, & Governance (ESG) Group Head BSI, dalam Forum Diskusi Infobank bertajuk “Green Step for The Future” di Hotel DoubleTree by Hilton, Bintaro, Tangerang Selatan, Jumat (31/10/2025).

BSI bersama BAZNAS, UNDP, dan Bappenas meluncurkan Green Zakat Framework pada Agustus 2025. Melalui kerangka ini, zakat tidak hanya menjadi instrumen sosial, tetapi juga diarahkan untuk pembiayaan proyek berwawasan lingkungan seperti energi terbarukan, pengelolaan sampah, hingga mitigasi perubahan iklim.

“Green Zakat Framework ini bukan hanya soal bantuan sosial. Kami menghitung juga dampak lingkungannya. Misalnya ketika kami memberi solar panel untuk nelayan, kami bisa ukur berapa emisi karbon yang berkurang,” jelas Rima.

Pada 2024, BSI tercatat telah menyalurkan Rp234 miliar zakat perusahaan. Hingga September 2025, bank ini juga telah menyalurkan Rp159,2 miliar dana ZISWAF kepada lebih dari 300.000 penerima manfaat.

Inisiatif Green Zakat bahkan telah diperkenalkan di forum internasional seperti UN Headquarters New York dan UNFCCC Forum.

“DNA kami memang DNA keberlanjutan. Tapi kami ingin menyelaraskannya dengan global responsible banking, supaya bisa bergabung dalam lautan kebaikan internasional,” tambahnya.

BSI juga memperkuat peran sosialnya lewat Sharia Restricted Investment Account (SRIA) dan Maslahat Mutual Fund hasil kolaborasi dengan Mandiri Manajemen Investasi. Langkah ini memperluas kanal investasi syariah tematik ESG di pasar modal nasional.

Tak hanya itu, BSI menjadi salah satu dari tujuh bank yang ditunjuk OJK untuk mengikuti Climate Risk Stress Testing tahap awal. Tujuannya, mengukur dampak risiko iklim terhadap portofolio pembiayaan.

Bank ini pun memperketat kebijakan pembiayaan berkelanjutan melalui exclusion list, dengan menolak proyek yang tidak memenuhi aspek lingkungan, seperti rumah sakit tanpa sistem pengelolaan limbah.

“Kalau ada rumah sakit syariah tapi tidak punya sistem limbah, ya kami tidak bisa membiayai. Itu sudah masuk ke exclusion list kami,” tegas Rima.

Selain itu, portofolio brown sector BSI juga diturunkan dari Rp53 triliun menjadi Rp48 triliun, sambil meningkatkan fokus ke green sector sesuai dengan 11 kriteria Kegiatan Usaha Berwawasan Lingkungan (KUBL) OJK. (*) Ayu Utami

Editor: Ranu Arasyki Lubis

BSIenergi hijauenergi terbarukan
Comments (0)
Add Comment