THE ASIAN POST, JAKARTA ― Beberapa hari terakhir, negara-negara di Timur Tengah dan Eropa mengalami suhu udara panas atau gelombang panas.
Berdasarkan catatan pengamatan suhu udara permukaan sepanjang Juni 2019 oleh Stasiun-stasiun pengamatan cuaca di Irak, Kuwait, dan Arab Saudi yang terkumpul di database Badan Meteorologi Dunia (WMO), suhu maksimum tertinggi tercatat di Stasiun Basrah-Hussein (Iraq) sebesar 50.4 derajat Celcius pada tanggal 10 Juni 2019, di Stasiun Mitribah (Kuwait) tercatat sebesar 51.4 derajat Celcius pada 10 Juni 2019.
Atas fenomena ini, BMKG memperkirakan, suhu tinggi di Timur Tengah diperkirakan tidak berdampak pada wilayah Indonesia.
Selain karena sistem sirkulasi udara yang menyebabkan gelombang panas di wilayah Timur Tengah berbeda dan tidak mengarah atau menuju ke wilayah Indonesia, suhu panas yang mencapai lebih dari 50 derajat celcius juga sangat kecil peluangnya terjadi di wilayah Indonesia.
“Berdasarkan catatan historis suhu maksimum di Indonesia belum pernah mencapai 40 derajat celcius,” demikian siaran pers BMKG, di Jakarta, Senin (1/7).
Disebutkan, suhu tertinggi yang pernah tercatat di Indonesia, adalah sebesar 39,5 derajat celcius pada tanggal 27 Oktober 2015 di Kota Semarang, Jawa Tengah .
Menurut BMKG, berdasarkan hasil simulasi proyeksi iklim multi-model menggunakan skenario RCP4.5, pada periode 2020-2030, rata-rata wilayah daratan di Indonesia akan lebih panas 0,2 – 0,3 derajat celcius dibandingkan dengan rata-rata suhu udara pada periode 2005-2015.
BMKG juga menyebutkan, pada periode 2020-2030, wilayah-wilayah yang diproyeksikan akan mengalami kenaikan suhu tertinggi terjadi di sebagian Sumatera Selatan, bagian tengah Papua dan sebagian Papua Barat.
Untuk mengantisipasi suhu udara permukaan yang semakin panas di masa yang akan datang, yang disebabkan oleh fenomena global warming, menurut BMKG, perlu adanya upaya adaptasi dan mitigasi.
“Upaya ini harus dimulai dari kesadaran kita untuk mengurangi hal-hal yang dapat meningkatkan emisi gas-gas rumah kaca ke atmosfer dan membekali diri dengan pengetahuan tentang dampak negatif dari perubahan iklim,” demikian BMKG. []