Bibit Mangrove dan Sejumput Asa dari Pulau Pari

Jakarta— Pagi itu, Sabtu (18/3/2023) sekira pukul 10.00 WIB Soleha (56) bersiap mengayunkan perahunya menuju rimbunan pohon mangrove.

Lokasinya tidak jauh dari lepas pesisir Pulau Pari, Kepulauan Seribu, Jakarta. Ditemani sang suami (60) wanita paruh baya berperawakan bungkuk itu mengambil setangkai demi setangkai bibit yang jatuh dari ranting pepohonan.

Perlahan bibit itu ia kumpulkan, kemudian dikemas di dalam puluhan kantong plastik.

Meski jemarinya gemetar usai mengumpulkan bibit, raut wajahnya tampak gembira.

Bagaimana tidak, Sholeha beserta warga lain menerima pesanan ribuan bibit mangrove dari Infobank. Tidak tanggung-tanggung, pesanan itu mencapai 10.000 bibit.

Inisiatif Infobank Media Group beserta Ikatan Bankir Indonesia (IBI) untuk menanam mangrove di kepulauan Seribu ternyata berdampak besar memutar roda perekonomian warga.

Proses pemilahan bibit mangrove sebelum ditanam, Sabtu (18/3). (Foto: ZA/QP)

Memang, sebagai salah satu perusahaan media terbesar, Infobank Media Group memiliki visi untuk mendorong pelaku jasa keuangan proaktif mengambil bagian menjaga kelestarian lingkungan dan green economy.

“Saya mengambil mangrove sejak tahun kemarin. Alhamdulillah permintaan dari Infobank ini yang paling banyak. Kita nyari di dekat pasir Perawan. Itu banyak yang jatuh. Jatuh terus kita pungutin, kadang kita metelin gitu,” ujarnya kepada AsianPost.

Lahir dan dibesarkan di Pulau Pari mengharuskan Sholeha beserta suaminya menggantungkan nasib di laut.

Jika angin laut berpihak kepadanya, Sholeha bisa mengantongi Rp50–100 ribu dalam sehari.

Namun, jika nasibnya sedang tidak mujur, Sholeha hanya bisa menggantung asa di tangkapan hari esok.

“Saya bisa nyari bantu-bantu suami. Sehari-hari dia ke laut buat mancing. Kalau angin kencang dia enggak bisa ke laut. Kalau dapat, ikannya itu dijual ke tengkulak yang jual ke Jakarta. Hasilnya enggak banyak,” sambungnya.

Selain memberikan bahunya untuk menopang ekonomi keluarga, Sholeha kini juga sibuk mengurus satu anaknya yang mengalami cacat mental (down syndrome).

Maka tidak heran, jika Sholeha menjadi girang ketika Infobank Media Group memesan bibit mangrove kepadanya.

Apalagi, bagi dirinya dan warga Pulau Pari, terbentuknya ekosistem mangrove di sekitar kawasan sangat dinanti-nantikan. Setiap tahun, pulau yang kerap menjadi destinasi wisata ini terancam mengalami abrasi.

Dorongan air laut tampak begitu kuat menyeret butiran-butiran pasir pesisir. Jika dibiarkan, keberadaan Pulau Pari tentu hanya akan tinggal nama.

Berangkat dari itulah, kontribusi pemerintah, regulator, pelaku usaha, dan masyarakat diperlukan.

Tak hanya untuk menjaga keberlanjutan lingkungan, tapi sekaligus mendorong ekonomi masyarakat setempat. Setidaknya dengan cara menanam mangrove di areal rawa seperti di Pulau Pari. (*) RAL

green economyGreen Financingkemiskinanklhkmangrove
Comments (0)
Add Comment