Bersih-Bersih di Industri Asuransi Belum Selesai

Oleh Karnoto Mohamad, Wakil Pemimpin Redaksi Infobank

NODA masalah belum hilang dari industri asuransi nasional. Beberapa perusahaan mengalami negative net worth karena kewajibannya lebih besar dari asetnya.

Salah satunya Asuransi Jiwa Bersama (AJB) Bumiputera yang masih berjibaku karena menanggung utang klaim sebesar Rp5,86 triliun pada 2024 dan klaim terbayar baru Rp542,2 miliar per Mei 2025. Aset perusahaan asuransi jiwa mutual ini terus menyusut tinggal Rp9,85 triliun sedangkan kewajibannya mencapai Rp12,29 triliun.

Industri asuransi umum pun diam-diam menyimpan bara. OJK mencatat industri asuransi umum pada 2024 merugi hingga Rp8,9 triliun. Kerugian yang belum pernah dialami asuransi umum secara industri sebelumya. Setelah ditelusuri ternyata adalah sejumlah perusahaan asuransi umum yang profitnya ludes terbakar sehingga menyeret industri asuransi kerugian benar-benar merugi.

Menurut data Biro Riset Infobank dalam Kajian Rating 117 Asuransi 2025, sebanyak 59 perusahaan asuransi umum berhasil meraih keuntungan dengan akumulasi sebesar Rp8,19 triliun pada 2024.

Sementara, 7 perusahaan asuransi umum yang diketahui menderita kerugian kalau dijumlah kerugiannya hanya Rp238,98 miliar. Artinya, ada kerugian besar yang diderita dari 5 perusahaan asuransi umum yang tidak mengeluarkan laporan keuangan.

Kelima perusahaan asuransi umum tersebut adalah Asuransi Bangun Askrida, Citra International Underwriters, Asuransi Perisai Listrik Nasional, dan Asuransi Umum Videi, serta Berdikari Insurance yang sudah dicabut izinnya pada Januari 2025.

Ada kerugian hingga Rp7 triliun dari deretan perusahaan asuransi umum ini, yang kabarnya disumbang paling banyak oleh Asuransi Bangun Askrida, perusahaan asuransi yang sahamnya dimiliki 27 pemerintah daerah dan 23 badan usaha milik daerah.

Kondisi asuransi umum pada 2024 mirip seperti kejadian yang dialami industri asuransi jiwa pada 2019. Saat itu, 35 pemain mampu mencatat laba sebesar Rp12,06 triliun, tapi industri asuransi jiwa merugi Rp6,59 triliun.

Kerugian itu disumbangkan oleh lima perusahaan asuransi jiwa, yang sebagian besar berasal dari Jiwasraya yang labanya minus hingga Rp16 triliun dan Bumiputera yang labanya tekor sebesar Rp2,5 triliun.
Menurut beberapa sumber Infobank di sektor perasuransian, kondisi berat sedang dialami Asuransi Bangun Askrida. Bahkan, kabarnya ada gap antara asset dan liabilities hingga Rp26 triliun.

Penyebabnya sangat mungkin perusahaan mengorbankan pencadangan dan penyalahgunaan keuangan di tengah hingar bingar tahun politik pemilihan presiden dan kepala daerah pada 2024.

Di industri reasuransi juga sedang terbakar gara-gara jebloknya satu perusahaan. Menurut Biro Riset Infobank, tujuh perusahaan reasuransi berhasil meraih laba dengan total Rp582,92 miliar. Tapi, kerugian yang diderita Reasuransi Nasional Indonesia (Nasional-Re) sebesar Rp1,42 triliun, laba industri reasuransi menjadi minus Rp548,58 miliar pada 2024.

Padahal, tahun sebelumnya Nasional-Re sukses mencetak laba sebesar Rp1,13 triliun. Dengan solvabilitas minus Rp2,84 triliun, perusahaan pelat merah ini menjadi perusahaan bermasalah yang harus segera disehatkan. Selain merugi, kewajibannya mencapai Rp12,37 triliun, lebih besar dari asetnya yang sebesar Rp9,36 triliun, atau menderita negative net worth sebesar Rp3,01 triliun.

Bagaimana langkah penyehatan yang direkomendasikan OJK kepada pemegang saham beberapa perusahaan asuransi yang kinerjanya terbakar tersebut? Perusahaan asuransi mana saja yang berhasil mencetak rapor biru di tengah musim kering? Baca selengkapnya di Majalah Infobank Nomor 567 Juli 2025 yang melaporkan hasil kajian bertajuk Rating 117 Asuransi versi Infobank 2025!

AsuransiIndustri Asuransiperusahaan asuransi
Comments (0)
Add Comment