Jakarta— PT Bank Central Asia Tbk (BCA) mengungkapkan bahwa kasus penipuan bermodus social engineering yang merugikan nasabah BCA menjelang Hari Raya Idulfitri mengalami peningkatan.
Wani Sabu, Executive Vice President BCA menyebut, dalam satu bulan terakhir kasus penipuan yang menjerat nasabah BCA mencapai 4.000 pelaporan. Banyak di antaranya yang tertipu saat berbelanja melalui marketplace.
“Pertama awal-awal masih rendah, dan terakhir makin tinggi. Tergantung dari bulannya. Sekarang lagi tinggi nih karena kita mau Lebaran. Jadi banyak banget yang mau beli tiket, baju, kue, mobil, dan sebagainya karena banyak peluangnya,” ujarnya dalam acara Infobank Silaturahmi dan Buka Bersama dengan anggota Back Packers Jakarta (BPJ), Sabtu (23/3/2024).
Berbagai kasus kejahatan keuangan tersebut ialah social engineering, ransomware, info stealing trojan, dan email phishing.
Kejahatan digital bermodus social engineering ialah yang paling banyak terjadi, mulai dari penipuan berkedok rekening yang di hacking, penipuan berkedok hadiah, dan jual beli online.
Barang yang paling banyak dijadikan umpan ialah handphone, pakaian, mobil, tas, dan sepeda motor dari berbagai marketplace.
Oleh sebab itu, kata Wani, masyarakat diharapkan bersikap kritis dan tidak mudah percaya dengan harga murah yang ditawarkan. Pun, lanjutnya, jumlah followers yang melimpah dan postingan yang banyak tidak bisa dijadikan patokan. Demikian dengan identitas palsu dari pelaku yang kerap dijadikan umpan untuk meyakinkan calon korban.
“Mereka sengaja selisihnya nggak jauh, Kalau terlalu murah kita kan tahun nipu nih. Misalnya Jakarta Bali itu Rp2,5 juta mereka bisa jual Rp1,8 juta. Selisih Rp800 ribu oke lah, ternyata kita tertipu. Ini mereka sangat tahu behaviournya kita dan mereka tahu barang apa yang akan ditawarkan ke kita,” jelasnya. (*) RAL