Jakarta – Jurnalis senior peraih hadiah Pulitzer, Seymour Hersh, menyatakan bahwa sebagian besar penduduk global lebih membela Rusia dalam perperangan Rusia – Ukraina. Ia juga mengatakan jika hegemoni dan kredibilitas Amerika Serikat (AS) menurun pada tatanan global.
“Persentase, terutama negara-negara Afrika dan Asia Tengah dan Asia Selatan, yang telah berubah dari pro-Amerika menjadi pro-Rusia benar-benar sangat dramatis,” ujar Seymour di sebuah wawancara yang dikutip dari RT, Selasa, 13 Juni 2023.
“Lebih dari separuh populasi dunia mendukung Rusia dalam perang dan bukan AS. Ini tidak pernah seperti itu,” tambahnya.
Lebih lanjut, ia memberikan contoh bagaimana pudarnya kredibilitas negeri Paman Sam di level global melalui pemulihan hubungan antara mantan musuh bebuyutan Arab Saudi dan Iran, yang dimulai pada Maret.
“Itu terjadi karena Ukraina dan ketidaksukaan terhadap perang dan merupakan pukulan besar bagi orang-orang di pemerintahan Biden, yang membenci Iran,” bebernya.
“Sebagai hasil dari perbaikan hubungan antara Teheran dan Riyadh, kita akan mendapatkan penyelesaian di Yaman yang tidak akan pernah bisa kita dapatkan di Amerika,” jelas jurnalis berusia 86 tahun ini.
Di satu sisi, sebuah survei membeberkan jika dukungan masyarakat AS agar Washington terlibat di Ukraina menurun, karena masyarakat semakin khawatir akan biaya ekonomi yang dapat ditimbulkan.
“Amerika menghabiskan sekitar US$140 miliar untuk perang ini pada saat 15 juta orang Amerika dicabut dari layanan kesehatan gratis oleh pemerintahan ini. Maksud saya apa yang terjadi di Amerika, ini keterlaluan,” jelasnya.
Ia lalu yakin jika serangan balasan Ukraina yang masif akan gagal karena Ukraina memiliki pelatihan, senjata, dan komandan yang saling berbeda, dan tak bisa bekerja sama dengan efisien. Ia juga yakin, Presiden AS, Joe Biden hanya memandang perang Rusia-Ukraina sebagai tiket politik agar terpilih kembali di pemilu mendatang.
“Menurut saya kita berada dalam beberapa masalah politik nyata di sini di Amerika.”
Sebelumnya, Seymour sempat mengemukakan bila AS telah menyabotase pipa Nord Stream. AS kemudian menolak pernyataan itu dengan menganggapnya sebagai fiksi belaka. SW